PERKEBUNAN ERIK LUBAY


23/02/12

Cara Penanaman Karet

Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksitinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).
Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.


Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
Tabel 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur Tanaman
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut. 
Tabel 2. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan
Tabel 3. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Menghasilkan
Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan  tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik.

Pemberantasan Penyakit Tanaman Karet


Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan adalah : 
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan
Vectra 100 SC.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa minggu saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. 
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek (Gambar 4.10). Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.

Syarat Tumbuh Tanaman Karet


Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. 
Curah Hujan 
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. 
Tinggi tempat 
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C. 
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet

Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.

Klon-klon Karet Rekomendasi

Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan
menggunakan klon karet unggul.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 
style="font-size: medium;">akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder
lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat. 
Potensi produksi lateks beberapa klon anjuran yang sudah dilepas disajikan pada Gambar 1

Gambar 1. Produksi Lateks Beberapa Klon Anjuran (***, ** dan * adalah ratarata produksi 15, 10, dan 5 tahun sadap)


Bahan Tanam

Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan.


Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah. Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran. Secara lebih terperinci penyiapan bahan tanam karet okulasi dapat dilihat Buku Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (tahun 1996, edisi ke-2) atau Booklet Pengelolaan Bahan Tanan Karet (tahun 2005) yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet.

21/02/12

beberapa tahap kegiatan penanaman gaharu









Budidaya gaharu terdiri dari beberapa tahap kegiatan atl.:

• Pemilihan Species

Aquilaria malaccensis, A. microcarpa serta A. crassna adalah species penghasil gubal gaharu dengan aroma yang sangat disenangi masyarakat Timur Tengah, sehingga memiliki harga paling tinggi.

• Lokasi Penanaman.

Gaharu dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 750 m dpl.

• Pola Tanam

Monokultur atau sistem campur (tumpangsari, atau agroforestry)

• Jarak Tanam

Jarak tanam 3 x 3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5 x 3 m sampai 2.5 x 5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut.


BUDIDAYA GAHARU


• Lubang tanam

Ukuran lubang tanam adalah 40 x 40 x 40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3 : 1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam.

• Penanaman

Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.

• Pemeliharaan
Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung dan pruning agar kena cahaya matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti Tiodane, Decis, Reagent., dll Pembersihan gulma dapat dilakukan sekali 3 bulan atau pada saat dipandang perlu.

Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.

ANALISA BUDIDAYA POHON GAHARU


Secara mudah dan sederhana dapatlah dibuat sebuah analisa dan perhitungan biaya serta hasil yang akan didapat oleh setiap keluarga di indonesia , dengan beberapa asumsi sebagai berikut :
  1. Misal Luas areal untuk penanaman adalah seluas 200 m2, dengan perhitungan jarak tanam 3m x  3 m, maka didapatlah jumlah pohon yang bisa ditanam pada lahan adalah  = 20 batang pohon gaharu.
  2. Biaya, dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
  3. Biaya tahap 1 (pengadaan bibit,penanaman dan perawatan di tahun pertama)
  4. Biaya tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun ke-2 sampai tahun ke-7),
  5. Biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10).
a. Biaya tahap 1:
- pembelian bibit 20 btng @ Rp.45.000,- ……………..= Rp.      900.000,-
- pupuk kandang 100 kg @ Rp. 1.000,- …………………= Rp.      100.000,-
- pestisida (furadan,stiko,dll ………………………………..= Rp.     500.000,-
- tenaga penanaman @Rp 10.000,- x 20 ………………..= Rp.     200.000,-
- tenaga perawatan = @Rp. 50.000 x 20 ……………….= Rp.  1.000.000,-
………………………………………………………..JUMLAH = Rp. 2.700.000,-
b. Biaya tahap 2:
- pupuk kandang ………………………………………………= Rp.       300.000,-
- pupuk pabrik …………………………………………………=Rp.        300.000,-
- pestisida……………………………………………………….= Rp.       200.000,-
- tenaga perawatan @1  juta/tahun x 5 ………………. =  Rp   5.000.000,-
- Biaya oprasional   @ 500.000 x 5 tahun …………….= Rp   2. 500.000,-
………………………………………………………JUMLAH = Rp. 8.300.000,-
c. Biaya tahap 3:
- pembelian fusarium sp 20 botol @Rp.300.000        = Rp.   6.000.000
- tenaga inokulan                                                                        = Rp.   2.000.000
-tenaga perawatan @ 1 juta x 3                                             = Rp.   3.000.000
- tenaga panen                                                                              = Rp.   2.000.000
- lilin inokulan                                                                               = Rp.     100.000
………………………………………………………JUMLAH = Rp. .13.100.000
Jumlah a+b+c = Rp. .24.100.000 (Dua puluh empat juta seratus ribu)

2. PENERIMAAN
Dengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 80 %, dari 20 batang. tanaman cuma menghasilkan 16 batang pohon saja yang bisa dipanen.
Satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata  :
  1. 2 kg gubal, 1
  2. 10 kg kemedangan,
  3. dan 20 kg abu.
Sehingga total yang dihasilkan dari 16 batang :
adalah   32 kg gubal, 160 kg kemedangan, dan 320 kg abu.
A. GUBAL 32  KG @ Rp  4.000.000,-                            = Rp.     128.000.000,-
B. KEMEDANGAN 160 KG @ Rp 1.000.000                 = Rp      160.000.000,-
C. ABU 320  KG @ Rp  200.000                                        = Rp.        64.000.000,-
JUMLAH = Rp.   352.000.000,-
Jumlah penerimaan diatas kami ambil dari data harga jual gaharu yang paling rendah
3. KEUNTUNGAN
PENERIMAAN – BIAYA = Rp. 352.000.000  – Rp.  24.100.000- = Rp  327.900.000,-
Rata-rata perpohon gaharu umur 6 tahun dengn masa inokulasi 3 tahun (tahun ke-8 sampai tahun ke-10), menghasilkan 20 juta rupiah lebih.  Jadi dari investasi sebanyak 24,1 jutaan, berpotensi menghasilkan 327,9 Juta.
Analisa ini baru dihitung dengan harga jual saat ini, Tentu Nilainya akan jauh lebih tinggi untuk harga jual 7 s/d 10 tahun kedepan.

Budidaya Pohon Gaharu


Deskripsi
Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia,
Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Sudah gaharu, cendana pula! Sudah tahu, bertanya pula! Peribahasa tersebut sangat sering kita dengar sehari-hari. Akan tetapi tidak banyak dari kita yang tahu apakah gaharu tersebut dan darimana ia dihasilkan. Gaharu sebenarnya merupakan substansi aromatik (aromatic resin) yang berbentuk gumpalan atau padatan berwarna coklat muda sampai kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam kayu tertentu. Timbulnya gaharu ini bersifat spesifik, dimana tidak semua pohon dapat menghasilkan substansi aromatik ini. 

Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997), diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :
Teknik dan Cara Budidaya Gaharu
Syarat TumbuhGaharu dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 750 mdpl.
  • Tinggi pohon mencapai 40 m dengan diameter batang mencapai 60 cm.  Permukaan batangnya licin, berwarna keputih-putihan, kadang-kadang beralur. Kayu biasanya keras.
  • Bentuk daun lonjong agak memanjang dengan ukuran panjang 6-8 cm, lebar 3-3,5 cm. Ujung daun meruncing, daun kering biasanya berwarna abu-abu kehijauan, tepi daun agak bergelombang, melengkung, kedua permukaannya licin dan mengkilap. Tulang daun sekunder 12-16 pasang.
  • Bunga terdapat pada ujung ranting, ketiak daun. atau kadang-kadang di bawah ketiak daun.  Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya sampai 4 cm, lebar 2,5 cm.  Bentuk biji bulat telur, tutupnya rapat oleh rambut yang berwarna merah.
Perbanyakan Bibit

Secara umum, ada 2 (dua) cara perbanyakan bibit tanaman gaharu, yaitu dengan cara generatif dan vegetatif.

Cara Generatif
Secara generatif (biji), bibit Gaharu dapat diperoleh dari biji maupun secara puteran.
Pembuatan bibit gaharu dari biji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan biji ini, yaitu :
  • Buah yang sudah tua di batang dikumpulkan pada musim buah.
  • Buah yang diperoleh dikeringkan selama beberapa hari dengan cara diangin-anginkan atau dijemur selama 2 (dua) jam pada pagi hari, yaitu antara jam 08.00-10.00.
  • Biji yang sudah kering ditaruh di dalam karung dan disimpan dengan baik, jangan sampai terkena air, lembab, berjamur atau dimakan serangga dan tikus, sampai waktunya untuk disemaikan.
Pembuatan bibit secara puteran
  • Tanaman Gaharu dapat dikembangbiakkan secara alami melalui pemencaran biji.  Pohon yang sehat biasanya dapat menghasilkan banyak biji dengan daya kecambah yang cukup tinggi.  Umumnya, pohon yang berasal dari biji baru bisa menghasilkan buah setelah berumur ± 8 (delapan) tahun.
  • Anakan gaharu dapat diambil pada awal musim penghujan.  Pengambilan anakan ini harus disertai dengan tanah disekitarnya dan dilakukan dengan hati-hati agar akar jangan sampai rusak.  Kemudian anakan tersebut ditempatkan di polybag dan dipelihara di bedengan sampai siap untuk ditanam.
Cara Vegetatif
Perbanyakan bibit tanaman gaharu secara vegetatif dapat dengan cangkok, okulasi, stek pucuk dan lain sebagainya.  Namun cara vegetatif ini memiliki kelemahan, antara lain :
  • Perakaran tanaman kurang lengkap, sehingga mudah roboh bila tertiup angin kencang.
  • Tanaman kurang tahan menghadapi keadaan kurang air, khususnya di musim kemarau panjang, karena sifat perakarannya yang dangkal dan kurang mampu mengambil air tanah.
Namun perbanyakan dengan cara vegetatif ini adalah bibit relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara generatif.
 
Penanaman
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.


Jarak Tanam
Jarak tanam 3x3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5x3 m sampai 2.5x5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut.

Lubang tanam
Ukuran lubang tanam adalah 40x40x40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3:1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam.
PemeliharaanPemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung agar kena cahaya matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti. Pembersihan gulma dapat dilakukan 3 bulan sekali atau pada saat dipandang perlu.
Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.

Proses Pembentukan Gaharu
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Proses Pembentukan Gaharu secara Bauatan:
Teknologi sederhana untuk membentuk gaharu, diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Melukai batang pohon 
  2. Cara pembenihan mikroorganisme
  3. Pemberian oli dan gula merah
  4. Memasukan potongan gaharu
  5. Cara bor spiral pada batang gaharu (Aquilaria malaccensis) yang berumur minimal 5 tahun
Spesifikasi
Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.

Cara Pemungutan
  • Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.
  • Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu.
  • Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.
  • Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.
  • Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.
Pengolahan Minyak Gaharu
Sebelum dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebagian kayu gaharu dapat dijual ke ahli penyulingan minyak yang biasanya menggunakan teknik distilasi uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut. Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air, kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah. Teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap yang menyebabkan sel tanaman dapat terbuka sehingga minyak dan senyawa aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa aromatik tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah. Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan [superkritikal CO2], yaitu CO2 cair yang terbentuk karena tekanan tinggi. CO2 cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk ekstraksi minyak gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu yang tersisa, CO2 dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal.

Nilai Ekonomi
Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai gaharu beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki kasar, dan kayu lunak. Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu.

Prospek Bisnis GaharuSebanyak 2000 ton/tahun gaharu memenuhi pusat perdagangan gaharu di Singapura. Gaharu tersebut 70% berasal dari Indonesia dan 30% dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hutan alam sudah tidak mampu lagi menyediakan gaharu. Gaharu hasil budidaya merupakan alternatif pilihan untuk mendukung kebutuhan masyarakat dunia secara berkelanjutan.
Jika satu pohon gaharu hasil budidaya menghasilkan 10 kg gaharu (semua kelas), maka diperlukan pemanenan 200.000 pohon setiap tahun.
Dengan harga mulai dari 500.000-30 juta/kg bahkan bisa lebih, tergantung asal species pohon dan kualitas gaharu dan minyak gaharu yang disuling dari gaharu kelas rendah (kemedangan) memiliki harga mulai dari 50.000-100.000/ml maka keuntungan dari budidaya gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.

20/02/12

Budidaya Gaharu, Satu Pohoh Hasilkan Puluhan Juta


Mahalnya harga jual getah dan pohon gaharu saat ini membuat banyak petani Kotabaru mulai tertarik untuk mengembangkan dan membudidayakan pohon gaharu. Selain memiliki harga ekonomis yang tinggi, pohon gaharu juga dapat tumbuh di kawasan hutan tropis. Pengembangan pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang sudah mengembangkan dan menanam pohon ini. Padahal, keuntungan dari bisnis pohon gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan warga hanya dalam waktu beberapa tahun.
Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di pekarangan warga. Karena itu sebenarnya warga memiliki banyak kesempatan untuk menanam pohon yang menghasilkan getah wangi ini. Banyaknya getah yang dihasilkan dari pohon gaharu tergantung dari masa tanam dan panen pohon tersebut. Misalnya untuk usia tanam selama 9 sampai 10 tahun, setiap batang pohon mampu menghasilkan sekitar 2 kilogram getah gaharu.
Sementara harga getah gaharu mencapai Rp5-20 juta per kilogram. Harga itu tergantung dari jenis dan kualitas getah gaharu. Untuk getah gaharu yang memiliki kualitas rendah dan berwarna kuning laku dijual Rp5 juta per Kg, sedangkan untuk getah pohon gaharu yang berwarga hitam atau dengan kualitas baik laku dijual Rp15-20 juta per Kg.
Salah seorang petani Kotabaru yang sudah mengembangkan pohon gaharu ini adalah Miran, warga Desa Langkang, Kecamatan Pulau Laut Timur. Menurutnya, untuk menanam pohon gaharu dan menghasilkan banyak getah diperlukan perawatan khusus.
Saat pohon gaharu berumur sekitar 5-8 tahun, pohon yang tumbuh seperti pohon hutan alam itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah. Setiap pohon diperlukan satu ampul dengan harga Rp300 ribu. Miran mengaku, ia sudah menjual sekitar 50 batang pohon gaharu yang masih berumur sekitar 1-3 tahun dengan nilai Rp19 juta. Ia juga telah menanam 500 batang pohon gaharu dengan umur satu tahun lebih dan tinggi sekitar 50 cm.
Karena memiliki sifat tumbuh yang tidak jauh beda dengan tanaman hutan lainnya, setiap hektar lahan dapat ditanam sekitar 500 pohon gaharu dengan jarak tanam sekitar 3-4 kali 6 meter.
Bibit pohon gaharu tersebut ia peroleh dari Samarinda, Kalimantan Timur, yang sebelumnya dikembangkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Harga bibit dari Rp7.500 sampai Rp10.000 per pohon.
Untuk pemasaran tidak perlu repot, karena banyak pembeli yang siap mendatangi mereka yang memiliki getah gaharu. Pengusaha transportasi itu juga berharap usaha yang ia rintis dapat diikuti masyarakat dan petani lain di Kotabaru. Apalagi bila mengingat masih banyak lahan tidur dibiarkan terbengkalai mubazir.
“Jika lahan tidur di wilayah kita dikembangkan dengan menanam gaharu, maka 10-15 tahun kemudian akan menghasilkan uang ratusan juta,” terang Miran. Sebelumnya, Miran sudah mencoba beberapa tanaman kebun, namun hasilnya tidak seperti menanam pohon gaharu. Dalam satu pohon usia dewasa dapat menghasilkan uang puluhan juta rupiah,
Selain Miran banyak petani lain di Desa Betung, Langkang Lama, Langkang Baru, Gunung Ulin dan Sebelimbingan yang mulai mengembangkan kayu yang biasa diambil getahnya untuk bahan minyak dan bahan obat-obatan tersebut.(Narullah)

Management Kebun Karet



1. Teknologi Budidaya Karet
Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi
budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut:
• Syarat tumbuh tanaman karet
• Klon-klon karet rekomendasi
• Bahan tanam/bibit
• Persiapan tanam dan penanaman
• Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan
pengendalian penyakit
• Penyadapan/panen

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25C sampai 35C.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. 

Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan
lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara
mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
 2. Klon-klon Karet Rekomendasi

Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
 
3. Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. 
Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan,
yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi
(grafting) pada penyiapan bahan tanam.

Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan

Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.

Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. 

Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran. 

4. Persiapan Tanam dan Penanaman
Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.

a. Pembukaan lahan (Land Clearing)
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. 
Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi
(a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan
pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan.
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan. Penataan blok-blok. Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10 -20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.

Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blokblok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).

b. Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 - 10 pohon (tergantung derajat kemiringan 11 tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.


Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :

a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m

b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur). Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.

Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan ). 
Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC) 
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.

Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih)

Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.
 

5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. Pengendalian gulma Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:


TABLE 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur Umur Tanaman
Umur tanaman (tahun) Kondisi Tajuk Aplikasi herbisida
Lebar


Frekuensi Waktu piringan/jalur
Tanaman belum menghasilkan
2-3 tahun belum menutup 3-4 kali Maret, Juni, septmber, desember 1.5-2.0 m
4-5 tahun mulai menutup 2-3 kali Maret, september, juni 1.5-2.0 m





Tanaman Menghasilkan
6-8 tahun sudah menutup 2-3 kali Maret. September, juni 2.0-3.0 m
9-15 tahun sudah menutup 2 kali Maret, September 2.0-3.0 m
>15 tahun sudah menutup 3 kali Maret, September 2.0-3.0 m

Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan
Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman belum Menghasilkan
Umur Tanaman Urea SP36 KCL Frekuensi pemupukan

(g/ph/th) (g/ph/th) (g/ph/th)
Pupuk dasar



1 250 150 100 2 kali/th
2 250 250 200 2 kali/th
3 250 250 200 2 kali/th
4 300 250 250 2 kali/th
5 300 250 250 2 kali/th










Umur Tanaman Urea SP36 KCL Frekuensi pemupukan

(g/ph/th) (g/ph/th) (g/ph/th)
6-15 tn 350 260 300 2 kali/th
16-25 300 190 250 2 kali/th
>25 sampai 200
150 2 kali/th

Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik. Pemberantasan Penyakit Tanaman Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Untuk Lebih Lanjut mengenai penangan penyakit (Disease)

6. Penyadapan/Panen
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah. Waktu bukaan sadap.
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. Kemiringan irisan sadap
Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar.
Peralihan tanaman dari TMB ke TM
Secara teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 - 6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM.
Sistem sadap
Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan intensitas sadap rendah disertai stimulasi Ethrel selama siklus penyadap. Untuk karet rakyat, mengingat kondisi sosial ekonomi petani, maka dianjurkan menggunakan sistem sadap konvensional seperti pada tabel berikut :
Tanaman Umur Sistem Sadap Jangka Waktu (tahun) Bidang Sadap
Remaja 0-5


Teruna 6-7 tn s/2 d/3 67% 2 A

8-10 tn s/2 d/2 100% 3 A
Dewasa 11-15 tn s/2 d/2 100% 4 B

16-20 tn a/2 d/2 100% 4 A
Setengah Tua 21-28 tn 2 s/2 d/3 133% 8 B' + AH
Tua 29-30 tn 2 s/2 d/3 133% 4 A\" + BH

15/02/12

Bibit Karet Unggul

Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun 2025 sasaran tersebut hanya dapat dicapai apabila 85 persen areal perkebunan karet rakyat telah menggunakan klon unggul . Rekomendasi klon adalah sejumlah klon yang dianjurkan berdasarkan hasil rumusan lokakarya nasional pemuliaan tanaman karet untuk periode tertentu rumusan ini disusun berdasarkan data pertumbuhan produksi dan sifat-sifat sekunder yang diperoleh dari hasil pengujian pada beberapa lokasi selama beberapa tahun sesuai dengan tahapan pengujian .
Penyusunan rekomendasi klon periode 2006-2010 telah memperhatikan undang-undang no.12 tahun 1992 tentang sistem budidaya budiday tanaman yang betujuan agar petani dan konsumen mendapatkan bibit unggul yang berproduksi tinggi selain itu memperhatikan undang-undang no.29 tahun 2000 tentang perlindungan varietas tanaman dengan tujuan untuk menstimulir tumbuhnya industri perbenihan yang profesional


Melihat kondisi karet rakyat saat ini masih menunjukkan gambaran yang memprihatinkan , secara umum hal ini ditunjukkan oleh adanya dua permasalahan pokok yaitu :
1. produktivitas karet rakyat jauh lebih rendah dibanding PTP / PNP dan perusahaan besar swasta .
2. mutu BOKAR (bongkahan karet) masih rendah , beragam , dan tidak konsisten serta sistem pemasaran yang kurang menguntungkan petani
Salah satu penyebab terjadinya permasalahan tersebut adalah masih lemahnya ahli teknologi budidaya karet , pengolahan , dan pemasarannya ..
Untuk itu disini akan diuraikan cara-cara pemilihan bibit klon unggul , proses penanaman / pemanenan sampai dengan pengolahan dan system pemasarannya .

















REKOMENDASI KLON KARET 2006-2010

Berdasarkan rumusan lokakarya nasional pemuliaan tanaman karet tahun 2005, klon-klon karet yang direkomendasikan untuk periode tahun 2006-2010 terdiri atas dua kelompok , yaitu klon anjuran komersil dan klon harapan . kelompok klon anjuran komersil merupakan sekelompok klon yang telah diuji dan dapat dikembangkan oleh pengguna(petani dll). Klon-klon ini sudah berupa benih bina, kecuali klon IRR 42 dan IRR 112 masih dalam proses pengajuan untuk pelepasannya sebagai benih bina . sedangkan klon harapan merupakan klon yang mempunyai potensi pertumbuhan dan produksi tinggi tetapi belum berupa benih bina . kedua kelompok klon tersebut adalah sebagai berikut :

Klon anjuran komersil :

*. Klon penghasil lateks :
BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, dan PB 260.
*. Klon penghasil lateks – kayu
BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,
IRR 112, dan IRR 118.
*. Klon penghasil kayu :
IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.

Klon Harapan :

*. IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119,
IRR 141, IRR 144, IRR 208, IRR 211, IRR 220.

Untuk batang bawah dianjurkan menggunakan biji yang berasal dari klon AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100. untuk mendapatkan nilai biji yang baik maka tanaman yang dapat diambil bijinya adalah tanaman berumur lebih dari 10 tahun dan dipelihara sesuai dengan standar . pada umumnya biji tersebut dapat berasal dari perkebunan besar atau proyek-proyek peremajaan karet rakyat .
Klon-klon yang sudah dilepas seperti GT 1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, tetapi tidak masuk dalam rekomendasi masih dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan, antara lain dengan memperhatikan kepentingan pengguna untuk penanaman klon tersebut pada wilayah tertentu .


POTENSI PRODUKSI

Data potensi produksi lateks merupakan produksi kumulatif selama 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun sadap. Potensi ini menggambarkan produksi pada awal sadap yaitu hasil sadapan kulit perawan/pertama dan produksi lanjutan yaitu hasil sadapan kulit pulihan. Potensi produksi kelompok klon anjuran komersil adalah sebagai berikut :



Jenis Klon unggul Turunan/tetua s/d tahuun sadap ke rataan
5 10 15
BPM 24 GT 1 x AVROS 1734 8942 20423 30007 2007
BPM 107 KLON PRIMER 8738 19828 - 1982
BPM 109 BPM 107 x BPM 13 9372 19798 - 1979
IRR 104 BPM 101 x RRIC 110 9938 - - 1978
PB 217 PB 5/51 x PB 6/69 7103 19154 29181 1946
PB 260 PB 5/51 x PB 49 9989 21996 31946 2129
BPM 1 AVROS 163 x AVROS 308 7402 19908 29795 1946
PB330 PB 5/51 x PB 32/36 9699 - - 1774
PB340 PB 235 x PR 107 10900 - - 2180
RRIC 100 RRIC 52 x PB 85 7690 21010 29963 1997
AVROS 2057 AVROS 256 x AVROS 352 7088 18554 29899 1993
IRR 5 KLON PRIMER 8046 - - 1609
IRR 32 LCB 1320 x AVROS 1734 7336 11512 - 1644
IRR 39 LCB 1320 x FX 25 7278 11485 - 1640
IRR 42 LCB 1320 x F 351 8488 13924 - 1989
IRR 112 IAN 873 x RRIC 110 10973 - - 2195
IRR 118 LCB 1320 x FX 2784 10056 - - 2011




Tabel 1. Potensi produksi karet kering (kg/ha) klon karet anjuran 2006-2010





SIFAT-SIFAT SEKUNDER

Klon karet unggul yang dianjurkan selain mempunyai potensi produksi lateks(getah) yang tinggi juga diharapkan mempunyai sifat sekunder yang baik. Sifat-ssifat sekunder tersebut antara lain adalah pertumbuhan lilit batang pada masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun Tanaman Menghasilkan (TM) relatif cepat, Tebal Kulit (TK) yang baik, Disamping itu juga memperhatikan Ketahanan Terhadap Angin (KA), Kering Alur Sadap(KAS), Respon Terhadap Stimulan (RS), dan Resistensi Klon terhadap Penyakit Gugur Daun Oidium (OI), Colletotrichum (Coll), Corynespora (Cory), dan Jamur Upas (JU).



Respon dan masing-masing klon terhadap variasi lingkungan tumbuh, potensi produksi, pertumbuhan tanaman serta sifat-sifat sekunder tanaman sebagai berikut :





Karakteristik klon anjuran 2006-2010
Klon Kesesuaian Lingkungan Potensi Hasil Pertumbuhan Sifat Sekunder Terhadap Penyakit
D1 D2 D3 D4 D5 Awal Lanj TBM TM TK KA KAS RS OI COLL CORY JU
BPM 24 - + - + - 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 5 3
BPM 107 + + ++ ++ + 4 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 5
PBM 109 - + + ++ + 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
IRR 104 + + ++ ++ + 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4
PB 217 - ++ + ++ - 2 5 4 3 3 4 3 5 2 4 4 4
PB 260 ++ ++ - ++ + 5 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 5
PB 340 + - + + ++ 5 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4
BPM 1 + + + + - 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4
PB 330 - + - ++ - 4 5 5 4 3 2 3 3 4 4 4 5
RRIC 100 ++ - + - ++ 2 4 5 4 4 4 2 5 5 5 4 4
AVROS 2037 + - ++ - + 2 4 5 4 5 5 4 5 3 4 4 4
IRR 5 + - + + + 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4
IRR 32 + + + + + 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 3
IRR 39 + + + - + 2 4 5 5 5 3 4 3 5 5 5 4
IRR 42 - ++ + + + 3 4 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4
IRR112 - + + + + 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 4
IRR 118 + + ++ ++ + 4 3 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4


Keterangan :

• Kesesuaian lingkungan :
– ( tidak sesuai ) + ( cukup sesuai ) ++ ( sesuai )

• Skoring
1 = Buruk , 2 = Kurang, 3 = Sedang, 4 = Baik, 5 = Sangat Baik

D1 = Daerah basah (CH 2500-3000 mm/tahun, tanpa bulan kering
D2 = Daerah kering (CH1500-2000 mm/tahun, dengan 2-4 bulan kering
D3 = Daerah angin 30-50 km/jam
D4 = Daerah bergelombang – berbukit
D5 = ketinggian 300-600 m dari permukaan air laut ( dpl)

• Potensi lanjutan
Lanj = Lanjutan
TBM = Tanaman belum menghasilkan
TM = Tanaman menghasilkan
TK = Tebal kulit

• Ketahanan Klon Terhadap Beberapa Penyakit
KA = Ketahanan Terhadap Angin
KAS = Ketahanan Terhadap Kering Alur Sadap
RS = Respon Terhadap Stimulan
OI = Ketahanan terhadap penyakit Oidium
COLL = Ketahanan terhadap penyakit Colletotrichum
CORY = Ketahanan terhadap penyakit Corynespora
JU = Ketahanan Terhadap jamur upas


Karakteristik Mutu lateks klon anjuran 2002-2004 dan jenis Produk yang dapat dihasilkan .

Klon Parameter Mutu Lateks Jenis Produk
KKK Po PRI Vr LUV
Penghasil Lateks
1. BPM 24 R S T T S SIR 3L, RSS
2. BPM 107 R R S S S SIR 3CV, SIR 3L
3. BPM 109 S S S ST S SIR 3L, RSS
4. IRR 104 T S R T S SIR 3 WF
5. PB 217 S S S T S LP, SIR 3 WF
6.PB 260 R R S S S LP, SIR 3 WF
7. PR 255 S T S SY T SIR 5
8. PR 261 R S S T ST SIR 5
Penghasil Lateks-Kayu
1. BPM 1 S S S T T SIR 10
2. AVROS 2037 T ST S ST T Lateks Pekat
3. PB 330 - - - - - -
4. RRIC 100 T S S T S SIR 3CV
5. IRR 5 T S T T T SIR 3 CV
6. IRR 21 - - - - - -
7. IRR 32 R T T ST S SIR 3 WF
8. IRR 39 S T R ST S SIR 3 WF
9. IRR 42 S T R ST T SIR 5
10. IRR118 T S S S T SIR 3WF


Keterangan :

• KKK ( Kadar Karet Kering ) * Po ( Plastisitas Awal )
Sangat Rendah (SR) < 31 % Sangat Rendah(SR) < 30
Rendah (R) : 31-34 % Rendah (R) : 31-41
Sedang (S) : 34-41 % Sedang (S) : 41-50
Tinggi ( T) : 38-41 % Tinggi (T) : 51-60
Sangat Tinggi ( ST) > 41 % Sangat Tinggi (ST) > 61

• VR ( Mooney Viscosity ) * LUV ( Indeks Lovibond)
Sangat Rendah (SR) < 54 Sangat Rendah(SR) < 3
Rendah (R) : 55-65 Rendah (R) : 4-6
Sedang (S) : 66-75 Sedang (S) : 7-9
Tinggi ( T) : 76-85 Tinggi ( T) : 10-12
Sangat Tinggi ( ST ) > 86 Sangat Tinggi ( ST) > 12

• Plasticity Retention Index
Rendah (R) : < 85
Sedang (S) : 86-94
Tinggi ( T) : 95
Tidak tersedia Data



LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN BIBIT KARET KLON UNGGUL

• Terdiri dari beberapa tahap :
1. Pembuatan batang bawah (tempat melekatnya mata okulasi/entress/bakal bibit)
2. Pembuatan kebun entress ( kebun unggul turunan/pohon sumber mata okulasi )
3. Penyiapan bahan tanam ( Stum mata tidur , Stum mini , Bibit dalam polybag dan Stum tinggi .


1. Pembuatan Batang Bawah

Pembuatan batang bawah dilakukan dengan memilih benih yang berasal dari biji terpilih ” propelligitim “ yaitu biji yang diketahui pohon induknya berasal dari klon-klon anjuran untuk batang bawah , seperti GT 1, PR 300, PR 228, AVROS 2037, LCB 1320, PB 260, RRIC 100, dan BPM 24 .areal tempat pemungutan biji diharuskan mempunyai batas ( daerah yang tidak boleh dipungut bijinya ) selebar 100 m hal ini dimaksudkan untuk menghindari terpungutnya biji yang berasal dari tanaman induk tetangga yang jenis klonnya tidak teridentifikasi .Biji yang baik tidak berongga dan mempunyai endosperm penuh dan berwarna putih kekuningan, apabila dipantulkan diatas lantai atau semen biji akan memantul dan direndam akan mengambang ( tidak timbul atau tenggelam) .setelah diperoleh biji yang bermutu baik selanjutnya dilakukan persemaian. Tempat persemaian benih harus memiliki suhu udara yang lembab untuk itu harus diberi naungan/atap dan disemai diatas pasir atau serbuk gergaji ,agar tumbuh dengan baik sebaiknya jangan ditebar melainkan disusun berjajar dengan jarak tanam antar biji 1 cm setelah 5 – 21 hari biji akan menjadi kecambah , kecambah yang muncul lebih dari 21 hari sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya terhambat , setelah itu dilakukan penanaman diareal pembibitan yang telah digemburkan dan dibentuk pola segi empat , lahan diusahakan bebas dari sisa akar dan kayu untuk mencegah penyebaran jamur akar putih, untuk pupuk dasar dianjurkan menggunakan fosfat alam (RP)ndengan dosis 600kg-1200kg/ha , pembibitan dilakukan dengan pola tanam 20 x 20 x 50 cm atau 40 x 40 x 50 cm . untuk selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman agar batang bawah dapat tumbuh dengan sempurna hingga mencapai masa okulasi atau lilit batang telah berkisar antara 5 – 7 cm diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah , okulasi sebaiknya dilakukan pada saat tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun tua .

2. Pembuatan kebun entress ( pohon sumber mata okulasi )

Penanaman kebun entres merupakan bagian terpenting dalam proses penyediaan bibit karet klon unggul karena untuk mendapatkan hasil tanam yang baik diperlukan entres yang baik. Mata okulasi dapat diambil dari dua sumber yakni berupa entres cabang dari kebun produksi( kebun penghasil lateks) atau entres dari kebun entres murni tetapi yang paling baik adalah entres yang diperoleh dari kebun entres murni karena entress cabang akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah selain itu pengambilan entres akan mengganggu tanaman pokoknya . okulasi merupakan salah satu cara metode budidaya tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres yang diperoleh dari kebun entrés murni ke tanaman batang bawah dari satu tanaman ke tanaman sejenis untuk mendapatkan sifat unggul yang sama . dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanaman karet unggul berupa stum mata tidur , stum mini , bibit dalam polybag atau stum tinggi yang nantinya akan menjadi pohon produksi dan pohon entres.
Ada tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet, yaitu Okulasi Dini(OD), Okulasi Hijau(OH) dan Okulasi Cokelat(OH) , perbedaan terletak pda umur batang bawah( OD 2 s/d 3 bulan , OH 4 s/d 6 bulan, OC 8 s/d 18 bulan ) . Pembuatan jendela okulasi merupakan tempat menempelnya mata okulasi yang diambil dari kebun entres, untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik batang bawah sebaiknya dibersihkan dari kotoran/tanah kemudian diiris veritikal pada bagian kulit hingga menyentuh batas kambium .irisan sejajar dibuat dua buah dengan ketinggian 5-10cm dari permukaan tanah dengan panjang irisan 5-7 cm dan lebar irisan 1/3 lilit batang , selanjutnya dibuat potongan melintang kedua ujung salah satu irisan vertikal dan dibukakan sedikit. Selanjutnya persiapan mata okulasi yang diambil dari entres klon unggul , mata okulasi akan diokulasikan pada batang bawah yang sudah dibuat jendela okulasinya . mata okulasi yang baik diambil dari mata yang berada di bekas ketiak daun, mata okulasi diiris dengan ukuran lebar 1cm dan panjang 5-7cm , untuk bukaan jendela okulasi dari atas, posisi mata entres menghadap keatas dan untuk bukaan dari bawah mata entres menghadap kebawah, penyayatan mata okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian kayu , lepaskan kulit dari kayu dengan hati-hati dengan cara menarik bagian kayu yang ikut tersayat, mata okulasi diusahakan tidak tergores dan kotor, mata okulasi yang baik pada bagian dalam ada titik putih yang menonjol, apabila kulit bagian dalam berlubang berarti matanya tertinggal pada bagian kayu , mata okulasi seperti ini tidak boleh digunakan ,mata okulasi disisipkan kedalam jendela okulasi , penempelan mata okulasi segera dilakukan pada saat jendela okulasi dibuka dan mata okulasi disayat kemudian tutup jendela okulasi dengan cara menekan bagian ujung jendela bagian mata okulasi, bagian yang tidak ikut masuk kedalam jendela okulasi harus dipotong dan dibuang , jendela okulasi yang sudah ditutup dibalut dengan menggunakan pembalut pita plastik okulasi agar terlindung dari air dan kotoran.
setelah okulasi berumur 2-3 minggu, balutan okulasi dapat dibuka untuk diperiksa keberhasilannya. Balutan dibuka dengan cara mengiris plastik okulasi selanjutnya jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah jendela.Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat sayatan kecil pada mata okulasi diluar matanya , apabila berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil .

3. Penyiapan Bahan Tanam ( Stum mata tidur , Stum mini , Bibit dalam polybag dan Stum tinggi )

Penyiapan bahan tanam dilakukan setelah okulasi dinyatakan berhasil , bahan tanam dapat berbentuk Stum mata tidur , Stum mini , Bibit dalam polybag dan Stum tinggi . perbedaan bahan tanam tersebut terletak pada proses masa pertumbuhan, untuk Stum mata tidur lebih kurang 2 - 3 minggu artinya bibit sudah dapat dijadikan bahan tanam stum mata tidur saat usia okulasi tanaman batang bawah telah mencapai 2 - 3 minggu, keuntungan penggunaan stum mata tidur waktu penyiapannya tidak terlalu lama sehingga harganya relatif murah kelemahan terletak pada tingkat kematian yang tinggi antara 15 s/d 20 % selain itu ada kemungkinan tumbuh tunas palsu dan masa pertumbuhan tanaman kurang seragam . Untuk stum mini proses masa pertumbuhan untuk bahan tanam membutuhkan waktu 6 – 8 bulan usia okulasi batang bawah, keuntungan penggunaan stum mini adalah persentase kematian lebih rendah , bebas tunas palsu , masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) lebih singkat. Kelemahan stum mini adalah penyiapan waktu yang relatif lama dan harganya relatif lebih mahal . Bahan tanaman Bibit Dalam Polybag adalah Stum mata tidur/stum mini yang ditumbuhkan kedalam polybag sampai mempunyai satu atau dua payung, keuntungan bibit dalam polybag persentase kematian yang rendah, pertumbuhan yang seragam, penularan penyakit dari pembibitan dapat terhindari, dan masa TBM lebih singkat dibanding Stum mata tidur kelemahan terletak pada proses penyiapan yang lebih lama, proses pengangkutan yang lebih rumit, dan harganya relatif lebih mahal. Untuk Bahan tanam Stum Tinggi adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan dipembibitan selama 2 – 3 tahun , stum tinggi biasanya digunakan untuk penyulaman dan jarang diusahakan secara komersil . keuntungan penggunaan stum tinggi pertumbuhan lebih seragam dan masa TBM lebih singkat dibandingkan tanaman lainnya. Kelemahan terletak pada waktu penyiapan yang sangat lama dan harganya relatif mahal.
Proses pencabutan bahan tanaman tersebut relatif sama yakni tanaman batang bawah dipotong miring pada ketinggian 30 – 50 cm dari mata okulasi selanjutnya bekas potongan diolesi dengan Tb 192 atau parafin . setelah dipotong tanaman batang bawah sebaiknya dicabut setelah 2 – 3 minggu untuk dijadikan bahan tanaman , setelah dicabut lakukan penyeleksian bibit yang baik adalah bibit yang mempunyai akar tunggang lurus yang mempunyai panjang minimal 35cm bila akarnya bercabang dua atau tiga sebaiknya satu atau dua akar yang terkecil sebaiknya dipotong dan lukanya sebaiknya diolesi Tb 192. bahan tanaman yang mata okulasinya rusak atau akarnya bercabang dan membengkok sebaiknya tidak digunakan .


PERSIAPAN TANAM DAN PENANAMAN TANAMAN KARET
DILAPANGAN

A. Persiapan tanam
Penanaman bibit tanaman harus memilih waktu yang tepat dan pengelolaan lahan tanam dan jarak tanam yang baik agar terhindar dari tingginya angka kematian dilapangan .
Persiapan tanam sebaiknya selesai dilakukan satu bulan sebelum penanaman . kegiatan persiapan tanam terdiri dari Pengajiran ( jalur tanam & jarak tanam ) dan Pembuatan Lubang Tanam . Jumlah tanaman karet dalam satu hektar berkisar antara 500 – 600 tanaman/hektar yang dibuat berdasarkan variasi jarak tanam.dan kondisi lahan tanam . pola tanaman karet pada umumnya menggunakan jarak tanam 7 x 3 meter, jarak tanam 7 m diletakkan pada arah utara – selatan dan jarak tanam 3 meter diletakkan pada arah timur – barat hal ini dilakukan jika direncanakan tanaman pangan untuk tanaman sela maka persaingan didalam mendapatkan sinar matahari dapat diatasi.
Pembuatan lubang tanam diusahakan tidak memindahkan ajir, caranya lubang dibuat dengan jarak 20cm dari posisi ajir . ukuran lubang disesuaikan dengan bahan tanam yang digunakan, untuk bibit Stum mata Tidur, Stum Mini dan Bibit Dalam Polybag kedalaman lubang dibuat sedalam 40 cm , panjangnya 40 cm dan lebar 40 cm, sedangkan khusus Stum Tinggi kedalaman lubang 60 cm, panjangnya 60 cm dan lebar 60 cm . Pada saat penggalian lubang pisahkan antara tanah bagian atas(topsoil) dan tanah bagian bawah(subsoil), bila bahan tanam yang digunakan menggunakan stum mata tidur & stum mini usahakan kondisi mata okulasi dalam keadaan membengkak , kondisi ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu dari waktu pemotongan dan jika bahan tanam yang digunakan bibit dalam polybag daunnya harus dalam keadaan tua .
B. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit ketengah2 lubang kemudian ditimbun dengan tanah bawah (subsoil) dan selanjutnya tanah bagian atas (topsoil).bila menggunakan bahan tanam stum mata tidur, mini dan tinggi pemadatan tanah dilakukan dengan cara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan merata, sehingga apabila digoyang tidak mudah lepas ataupun tercabut. Dan jika bahan tanam yang digunakan bibit dalam polybag pemadatan disekeliling tanah cukup dilakukan dengan tangan. Penginjakan dengan menggunakan kaki disekeliling tanaman tidak dianjurkan karena akan menyebabkan bergesernya kolom tanah dan berakibat kematian tanaman. Dua minggu setelah penanaman, tanah disekeliling tanaman biasanya mencekung hal ini perlu dilakukan penambahan tanah agar rata dengan permukaan tanah disekelilingnya .
C. Penyulaman
Bibit yang baru ditanam sebaiknya diperiksa dua minggu sekali selama tiga bulan pertama stelah penanaman , hal ini dilakukan untuk melakukan penyulaman bila ada bibit yang mati . penyulaman sebaiknya dilakukan dengan bahan tanam yang mempunyai umur realatif sama atau lebih tua dari tanamn yang disulam , jika penyulaman dilakukan pada tahun kedua dan merupakan penyulaman terakhir maka bahan sun tanam sulam harus menggunakan Stum Tinggi.
D. Pembuangan tunas Palsu
Tunas palsu adalah tunas-tunas yang tumbuh tidak pada mata okulasi, Tunas palsu dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi dan bahnkan menyebabkan mata okulasi tidak tumbuh sama sekali oleh karena itu tunas palsu mesti dibuang . pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu, tunas yang bagus untuk dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi .
E. Pembuanganan Tunas cabang .
Pembuangan tunas cabang perlu dilakukan untuk mendapatkan bidang sadap yang baik berbentuk, bundar, lurus, dan tegak dan tinggi.Tunas yang tumbuh pada ketinggian diatas 2,5 – 3m dibiarkan dan tunas yang tumbuh dibawah 2,5 – 3m harus dibuang, pembuangan dilakukan sebelum tunas berkayu karena akan sukar dipotong dan akan merusak batang apabila pemotongan kurang hati-hati .
F. Perangsangan Percabangan .
Pertumbuhan tanaman karet muda sering meninggi tanpa membentuk cabang tanaman seperti ini akan terlambat mencapai matang sadap, selain itu pada bagian ujung akan mudah bengkok oleh angin akibatnya akan tumbuh tunas cabang pada salah satu sisi dan tumbuhnya tidak simetris sehingga mudah patah oleh angin. Beberapa klon yang muda patah adalah GT 1 dan RRIM 600.
Ketinggian cabang yang dianjurkan umumnya 2,5 - 3m dari atas pertautan okulasi klon yang pertumbuhannya cabangnya lambat dan baru tumbuh diatas 3 m perlu dilakukan perangsangan dengan cara :
1. Membuang tunas muda yang baru tumbuh diatas daun payung teratas dari pertautan okulasi cara ini akan menghsilkan cabang yang banyak dan letaknya menumpuk sehingga tanaman akan mudah patah oleh angin
2. Daun payung teratas dalam kondisi hijau tua diikat dengan karet gelang, setelah 1 – 2 minggu calon tunas akan tumbuh pada ketiak daun maka ikatan harus segera dibuka dengan cara ini tunas batang utama akan tetap tumbuh keatas dan cabang yang dihasilkan posisinya bertingkat sehingga lebih tahan terhadap angin.
3. Dilakukan pengguguran daun pada posisi payung teratas yang sudah tua di ketinggian 2,5-3 m dengan cara dirompes/dipetik sebagian dan disisakan 2-3 tangkai daun . tiga minggu kemudian tunas calon cabang akan tumbuh. Pengguguran diulang 3 bulan kemudian pada tanaman yang belum membentuk cabang . cabang yang bertingkat dipelihara agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang dan serangan jamur upas. Cara ini kurang efisisen karena harus dilakukan berulang ulang .
4. Batang pada ketinggian 2,5-3 m dililitkan kawat, setelah beberapa minggu tanaman akan membentuk cabang ,tetapi hal ini jarang dilakukan karena terlalu banyak memakan waktu sehingga kurang efisien dan juga tidak tahan terhadap angin kencang dan jamur upas.
5. pengeratan barang dapat dilakukan dengan menggunakan pisu khusus yang disebut double blade ring cute, tingkat keberhassilan ini cukup tinggi namun memerlukan waktu banyak , alat dan tenaga yang terampil .
6. pemenggalan dilakukan pada ketinggian 2,5-3 m sedikit diatas bekas mata daun dilakukan pada usia tanaman +/- 24 bulan , arah potongan dibuat miring dan luka bekas potongan hendaknya ditutup dengan TB 192, biasanya tunas yang tumbuh lebih dari 10 tunas sehingga perlu dijarangkan menjadi 3- 4 tunas yang seimbang, pembentukan cabang dengan cara ini dapat berhasil dengan baik dan cukup efisien namun rentan terhadap jamur upas.

TANAMAN SELA KARET

Tanaman sela karet merupakan usaha pendukung untuk mengoptimalkan usaha tani karet yakni sebagai tambahan sumber pendapatan baik pada masa tanaman karet belum menghasilkan serta sebagai peningkatan daya guna tenaga kerja , pupuk dll yang bermanfaat bagi tanaman karet dan tanaman sela. Pola tanaman sela bagi perkebunan karet dapat dibagi dua yakni tahap Pola tanaman sela pada usia tanam karet sebelum 3 tahun dan pola tanaman sela pada usia karet lebih dari 3 tahun.
Pola tanaman sela sebelum tiga tahun menggunakan Pola Tanaman Pangan, Pola Pisang dan Nenas, Pola Cabe, Pola Semangka, pada pola tanaman pangan tanaman yang digunakan jagung + padi gogo – kedele – kacang tunggak, tanaman jagung dan padi gogo ditumpangsarikan sedangkan kedele dan kacang tunggak ditumpanggilirkan .Pada pola tanaman pisang + nenas juga dilakukan secara tumpang sari. Pola cabe ditanam dengan biji yang disemaikan terlebih dahulu dan dipindahkan kelapangan oada saat usia bibit memasuki satu bulan . Pada pola semangka varietas yang ditanam pada umumnya adalah varietas lokal seperti sugar baby dan new dragon.
Pola tanaman setelah karet berumur tiga tahun dilakukan karena tajuk (kerindangan) pohon pada tahun ke empat sudah selebar 4m – 6m dan perakarannya sudah melebihi 3,5 m. hal ini menyebabkan penggunaan lahan gawangan karet mulai terbatas terutama dari faktor intensitas sinar matahari, selain faktor hidromineral, Pemilihan tanaman sela harus didasarkan kepada kemampuannya beradaptasi pada kondisi naungan.Pola tanaman sela karet berumur tiga tahun menggunakan Pola Kapulaga dan Pola jahe, Temulawak,dan Kunyit. Pola Kapulaga merupakan salaha satu komoditas ekspor yang potensial hasil tanaman ini diperlukan untuk industri obat-obataan dan kosmetika, secara umun terdapat dua jenis kapulaga yakni kapulaga abrang ( elletaria cardanum) dan kapulaga local ( amomum cardamun). Bahan yang digunakan pada umumnya adalah akar Rimpang atau Anakannya. Begitupun pada pola Jahe,temulawak dan kunyit bahan tanaman yang umumnya digunakan adalah rimpangnya .

PEMUPUKAN

Pada saai ini pemupukan menjadi semakin penting karena perkebunan karet menggunakan klon-klon unggul. Pemkaian klon unggul yang berproduktivitas tinggi akan meningkatkan jumlah hara yang terkuras dari tanah yang pada akhirnya memerlukan tambahan hara melalui pemupukan.
Oleh karena itu pada dasarnya Pemupukan bertujuan untuk :
1. mempertahankan kesuburan tanah serta menjaga kelestariannya
2. menjaga keseimbangan hara tanah dan tanamannya
3. meningkatkan pertumbuhan tanaman
4. meningkatkan dan mempertahankan produksi
5. meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.

A. GEJALA TANAMAN KARET YANG MEMERLUKAN PEMUPUKAN

Secara umum tanaman karet yang kurang kurang atau tidak mendapatkan pemupukan yang sempurna akan menunjukkan gejala sbb:
1. Tanaman kerdil
2. Daun bewarna cokelat dengan ukuran agak kecil
3. Ukuran lilit batang lebih kecil dari ukuran standar
4. Periode tanaman belum menghasilkan dari 6 tahun
5. Prediksi karet kering jauh dari angka taksiran
6. Angka N, P, K dan MG pada daun dan tanah berada dibawah angka optimum / rendah ( tes lab ) .
Beberapa hasil percobaan menunjukkan dengan pemupukan yang intensif masa TBM dapat dipersingkat menjadi 4 tahun dan produksi dapat ditingkatkan hingga
15% - 56 %

B. EFEKTIVITAS PEMUPUKAN TANAMAN KARET

Keberhasilan pemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
1. Dosis pupuk
2. Jenis pupuk
3. Waktu dan frekuensi pemupukan
4. Cara pemupukan, dan
5. Pengendalian gulma.
Dosis pupuk seharusnya diberikan dalam jumlah yang cukup. Dosis pupuk yang terlalu sedikit. Hanya akan dimanfaatkan oleh jasad renik dalam tanah serta gulma, sedangkan tanaman utama mungkin kurang bisa memanfaatkannya.sebaliknya dosis pupuk yang terlalu tinggi,merupakan pemborosan.
Jenis pupuk yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan keperluan tanaman. Sebagai contoh, jika urea dan SP 36 merupakan dua jenis pupuk yang sangat diperlukan tanaman, maka pupuk tersebut harus harus diberikan.
Waktu, frekuensi, dan cara pemupukan juga harus tepat sehingga tanaman dapat memanfaatkan hara yang diberikan secara optimum sesuai stadia pertumbuhan.waktu pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman dan kondisi kelembaban tanah. Sebagai pedoman,pemupukan sebaiknya dilakukan setelah hujan turun.pada pembibitan yang pengairannya dapat diatur, pemupukan dapat dllakukan kapan saja
Kira – kira satu minggu sebelum pemupukan perlu dilakukan pengendalian gulma untuk mengurangi kompetisi terhadap pupuk. Gulma di pembibitan dibersikan dengan cara pen – cangkulan ringan, sedangkan gulma di polibeg dibersikan dengan cara pencabutan. Untuk tanaman di lapangan, baik tanaman belum menghasilkan maupun yang telah menghasilkan, gulma dapat dikendalikan dengan cara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Jari – jari piringan pohon atau lebar jalur tanaman yang dibersihkan disesuaikan dengan umur tanaman.


C. CARA PEMBERIAN PUPUK

Dalam pemupukan dikenal istilah pemupukan langsung ke tanah dan pemupukan melalui daun. Pemupukan melalui tanah umumnya diberikan dalam bentuk butir, tepung, atau larutan sedangkan pemupukan melalui daun bisanya diberikan dalam bentuk larutan.pemupukan melalui daun bisanya hanya dilakukan dalm skala kecil, misalnya pembibitan.
Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu : ( 1 ) langsung ditabur di atas permukan tanah di bawah tajuk pohon, ( 2 ) seperti cara pertama, tetapi tanahnya dicangkul ringan, ( 3 ) pupuk dibenam berapa tempat di sekitar pohon,(4) pupuk dibenam dalam alur atau parit dangkal di sekitar pohon atau memanjang sepanjang barisan tanaman.
Dari ke empat cara di atas cara pertama merupakan cara yang termurah. Cara ke tiga dan keempat merupakan cara paling aman ditinjau dari risiko ke mungkinan hilangnya hara – hara melalui erosi permukan tanah karena hanyut oleh hujan.

D. DOSIS PEMBERIAN PUPUK

1. Rekomendasi pemupukan pembibitan batang bawah

Waktu Pemupukan ( Bulan Setelah Ditanam Dilapangan ) Jenis Pupuk
Urea (kg/ha) SP 36 (kg/ha) MOP (kg/ha) Kieserit (kg/ha)
1
2
3
4
Selanjutnya setiap bulan sampai 1 bulan sebelum okulasi hijau dan 3 bulan sebelum okulasi cokelat 90
225
225
225
450 110
280
280
280
550 45
90
90
90
180 45
90
90
90
180

Ket : kieserit dapat dengan dolomite dengan dosis 1,5 kali

2. Rekomendasi pemupukan dipolybeg ukuran 40 cm x 25 cm

Waktu Pemupukan ( Bulan Setelah Ditanam Di polybag) Jenis Pupuk
Urea
(g/polybag) SP36
(g/polybag) KCL
(g/polybag) Kieserit
(g/polybag)
0 ( 1 minggu setelah tanam )
1
2
3
Dst setiap bulan 2
5
5
5
5 3
6
6
6
6
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
Ket : kieserite dapat diganti dolomite dengan dosis 1,5 kali
3. Rekomendasi Pemupukan Pada kebun Entres setiap tahun


Umur Tanaman ( Tahun ) Urea SP 36 KCL Kieserit Frekuensi Pemupukan
g/p/th
1
2
3
dst 30
30
60 30
40
40 25
30
40 10
10
15 2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th



4. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan

Umur Tanaman Jenis Pupuk
Urea (g/p/th) SP 36 (g/p/th) KCL
(g/p/th) Kieserit
(g/p/th) Frekuensi Pemupukan
Pupuk Dasar - - - - -
1
2
3
4
5 250
250
250
300
300 150
250
250
250
250
100
200
200
250
250
50
75
100
100
100 6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th



5. Rekomendasi Pemupukan pada tanaman Menghasilkan


Umur Jenis Pupuk
Urea (g/p/th) SP 36 (g/p/th) KCL
(g/p/th) Kieserit
(g/p/th) Frekuensi Pemupukan
6 – 15
16 – 25
> 25 sampai 2 tahun sebelum peremajaan 350
300
200 260
190
- 300
250
150 75
75
- 2 kali / th
2 kali / th
2 kali / th






6. Lokasi Penebaran Pupuk


Umur Tanaman
( Bulan Setelah Tanam ) Lokasi Penebaran Pupuk
1
3
6
9
12
18
24
28 – 36
37 – 48
> 49 Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 10 cm – 30 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 20 cm – 50 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 30 cm – 65 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 40 cm – 70 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 50 cm – 80 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 60 cm – 90 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 70 cm – 100 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 90 cm – 110 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 90 cm – 125 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 90 cm – 150 cm dari pohon








7. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Sela / Kacangan

Umur Tanaman Jenis dan Dosis Pupuk
Saat Penaburan Benih
2 minggu Setelah Berkecambah
2 bulan setelah penaburan
5 bulan setelah penaburan
Tahun ke 2 dilapangan
Tahun ke 3 dilapangan
Sp36 25kg/ha, dicampur dengan benih
Urea 15kg + Sp36 25 kg + KCL 5 kg + kieserite 2 kg/ha, disebarkan disamping kacangan
Sp36 75kg/ha

Sp36 75kg/ha

Sp36 175kg/ha
Sp36 175kg/ha
Ket : daun kacangan harus dalam keadaan kering pada saat penebaran pupuk







PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

Penyakit pada tanaman karet sering menimbulkan kerugian ekonomis pada perkebunan karet rakyat . kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan.
Penyakit tersebut terdiri dari 25 macam dan terdiri atas 4 golongan penyakit berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkan .
1. Penyakit sangat membahayakan
Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomis cukup tinggi di berbagai daerah perkebunan di Indonesia. Jenis penyakit dalam kelompok ini adalah penyakit akar putih, kekeringan alur sadap, penyakit gugur daun corynespora, colletotrichum, dan oidium .
2. Penyakit membahayakan.
Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomis secara terbatas dan terdapat secara terbatas pada suatu klon, tingkat umur tanaman, dan daerah perkebunan tertentu. Jenis penyakit yang termasuk adalah jamur akar merah, mouldy rot, nekrosis kulit, dan jamur upas.
3. Penyakit agak membahayakan
Penyakit ini terkadang menimbulkan kerugian ekonomis pada tanaman dalam dan lokasi tertentu. Jenis penyakit ini adalah penyakit gugur daun helminthosphorium dan phytophthora, kanker bercak, dan kanker lump.
4. Penyakit kurang membahayakan.
Penyakit ini menimbulkan kerusakan tanaman tetapi tidak mengakibatkan kerugian ekonomis yang cukup berarti jenis penyakit ini adalah gugur daun guignardia, fusicoccum, cylindrocladium, penyakit akar cokelat, penyakit akar hitam, botriodiplodia sp, ganggang, dan lain-lain.

A. PENYAKIT / PENYAKIT AKAR PUTIH ( Rigidoporus Microporus )

Gejala dan perkembangannya .
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus ( Rigidoporus lignosus ). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejalanya pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Daun muda, bunga dan buah terbentuk lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur bewarna putih dan agak tebal( rizomorf ). Jamur kadang-kadang menbentuk badan buah mirip topi bewarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal tanaman.
Pada serangan berat akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul dan akar tanaman . Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada tanaman yang bersemak, banyak tunggul, sisa akar, dan pada tanah gembur atau berpasir.

Dalam pengendalian penyakit pada umumnya pencegahan lebih dianjurkan daripada pengobatan karena biayanya lebih murah dan resiko kerugian ekonomi akibat kerusakan penyakit lebih kecil. Adapun pengendalian penyakit akar putih dapat dilakukan sebagai berikut .

Tindakan Pencegahan
a. Pembongkaran dan pemusnahan tunggul dan sisa akar tanaman
Dilakukan dengan menggunakan buldoser atau traktor kemudian diikuti dengan penyingkiran atau pembakaran, pemusnahan juga dapat dilakukan dengan penggunaan racun tunggul Garlon 480 EC atau Tordon 101 yang dapat mempercepat proses pelapukan tunggul atau sisa akar tanaman.
b. Penanaman kacangan penutup tanah
Hal ini dilakukan karena selain meningkatkan kesuburan tanaman kacangan juga mampu meningkatkan jumlah jasad renik( jamur , bakteri, dan aktinomiset ) dalam tanah yang membantu pelapukan tunggul dan sisa akar tanaman dam menghambat tumbuhnya jamur akar putih. Jenis kacangan yang dianjurkan adalah Pueraria javanica, centrosema pubescens, calopogonium mucunoides, psopocarpus palustris, dan colopogonium caeruleum.
c. Penanaman Bibit sehat
Melakukan seleksi Bibit yang akan ditanam, apabila bibit telah tertular jamur akar putih sebaiknya dicelupkan kelarutan fungisida .
d. Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman dilakukan dengan cara menaburkan belerang (100g-200g/pohon) disekeliling tanaman sampai 100 cm dari leher akar pada tanah yg telah digemburkan hal ini dilakukan setiap tahun mulai tahun pertama sampai dengan tahun kelima . atau juga dapat dilakukan dengan mencampur belerang dengan tanah pengisi dengan dosis 100g bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang berfungsi untuk meningkatkan keasaman tanah, kondisi tanah yang asam dapat menghambat perkembangan jamur akar putih selain itu dapat juga mendorong perkembangan jamur antagonis terhadap jamur akar putih yaitu Trichoderma dan gliocladium .
e. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk membuat tanaman tumbuh baik, subur, dan kuat sehingga tahan terhadap serangan penyakit/jamur. Pemeliharaan meliputi pemberian dengan dosis yang tepat, penyiangan gulma/kacangan penutup tanah disekeliling tanaman.
f. Tidak menanam tumbuhan inang jamur akar putih
Di antara tanaman karet dapat ditanam tanaman sela palawija atau holtikultura tetapi tidak dianjurkan menanam tanaman sela yang merupakan inang jamur seperti ubi kayu, ubi jalar, tanaman bergetah dan lain-lain.

PENGOBATAN TANAMAN SAKIT
Sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan risiko kematian tanaman .Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka kberhasilan pengobatan hanya mencapai dibawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis yang dianjurkan adalah :
a. Pengolesan: Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA, dan Shell CP dilakukan pada sekeliling tanaman sakit ( akar lateral yang telah membusuk sebaiknya dipotong )
b. Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP, dan Vectra 100 SC. Dengan dosis 1-2liter pada tanaman belum menghasilkan dan 2-3liter pada tanaman menghasilkan , penyiraman juga dilakukan pada tanaman tetangga untuk mencegah penularan.
c. Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G(5-10g/pohon), Belerang, dan Triko SP+(50g/pohon pada tanaman usia 0-2 tahun , 100g/pohon pada tanaman umur 2-4 tahun, dan 150g/pohon pada tanaman usia 5 tahun. Penggunaan Triko SP+ sebaiknya diikuti dengan penaburan belerang sebanyak 50g-100g/pohon disekeliling tanaman sampai selebar 1m dari leher akar.
Pada saat pengobatan tanah disekitar tanaman sakit digemburkan terlebih dahulu untuk memudahkan peyerapan obat tanaman, Pengobatan sebaiknya diulangi dengan selang 6 bulan hingga tanaman menjadi sehat . Setelah dilakukan pengobatan sebaiknya tanaman sakit diberi pupuk ekstra berupa campuran pupuk urea, Sp36 dan Kcl atau Pupuk majemuk NPK sesuai anjuran.

B. PENYAKIT CABANG DAN BATANG

1. Lapuk Cabang dan Batang Fusarium

Gejala dan Perkembangannya
Lapuk cabang dan batang fusarium juga disebut Nekrosis Kulit yang disebabkan oleh Jamur Fusarium sp pada kulit yang sakit juga ditemukan juga penyakit Botryodiplodia theobromae. Gejalanya pada kulit batang timbul bercak bewarna hitam kecokelatan dengan ukuran 2-5 cm, bercak-bercak biasanya agak basah kemudian makin membesar dan akhirnya beragabung satu sama lain hingga akhirnya sebagian atau seluruh batang/cabang mengalami pembusukan. Penyakit ini dapat timbul pada batang tanaman hingga cabang tanaman hingga mengakibatkan kerusakan pada kulit batang sehingga tanaman tidak dapat disadap dan mudah patah. Kulit yang busuk dan rusak akan mengundang kumbang penggerek xyleborus mascarensis dan platypuscupulatus dan diikuti jamur ustulina sehingga menimbulkan kerusakan/batang cabang tanaman yang lebih berat. Kondisi cuaca lembab dan hujan yang terus menerus merupakan factor pendorong berkembangnya penyakit ini. Penularan penyakit berlangsung dengan penyebaran spora yang dibawa oleh angina pada kondisi cuaca lembab atau hujan .
Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah yang rawan penyakit( daerah lembab )
b. Melakukan pengobatan pada tanaman sakit dengan pengolesan Benlate 50 WP, Agrosid 50 SD atau Antico F-96 dengan menggunkan kuas. Atau juga bisa dilakukan dengan cara penyemprotan seminggu sekali secara berulang hingga 4-6 kali semprotan .
c. Bagian kulit yang busuk dikupas dan ditutup dengan TB 192 untuk mencegah masuknya kumbang penggerak batang/cabang.
d. Tanaman sehat disekitar disemprot atau dioles batang/cabangnya dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyakit ynag lebih luas.
e. Batang, cabang, atau tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan infeksi jamur
f. Tanaman yang mengalami serangan berat diistirahatkan, tidak disadap sampai tanaman pulih kembali.

2. Jamur Upas ( corticium salmonicolor )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium Salmonicolor yang menyerang tanaman muda dan menghasilkan. Jamur ini mempunyai empat tingkat perkembangan, mula-mula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan bewarna putih pada permukaan kulit kemudian jamur berkembang membentuk kumpulan-kumpulan benang jamur selanjutnya terbentuk lapisan kerak bewarna merah muda(corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk kebagian kayu dan pada tahapan selanjutnya jamur akan membentuk lapisan tebal bewarna cokelat kehitaman ( necator ) pada bagian yang terserang biasanya keluar lateks bewarna cokelat hitam pada permukaan batang tanaman. Kulit yang sakit akhirnya akan membusuk dan bewarna hitam kemudian mengering dan terkelupas, pada bagian kayu dibawah kulit yang sakit akan menjadi lapuk dan menghitam sehingga mudah patah oleh angin. Penularan terjadi melalui penyebaran spora yang dibawa oleh angin. Serangan jamur upas sering dijumpai pada tanaman muda antara umur tiga sampai dengan tujuh tahun terutama pada daerah yang memiliki tingkat kelembapan dan curah hujan yang tinggi .
Tindakan Pengendalian
a. Menghindari penggunaan Klon yang rentan seperti GT 1 dan PB 217, Pada daerah ini sebaiknya klon yang ditanam AVROS 2037, BPM 24, BPM 1, BPM 107, PB 260, PR 261, RRIC 100.
b. Jarak tanam diupayakan tidak terlalu rapat untuk mencegah kelembapan yang tinggi karena suhu yang lembab dapat membantu perkembangan jamur upas
c. Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat terlihat gejala adanya benang bewarna putih dengan mengoleskan Fungisida Bubur Bordo (diulang selang dua minggu), Calixin 750 EC atau Antico F-96 ( tiga bulan sekali hingga tanaman sehat ) pada bagian batang yang terkena serangan jamur hingga 30 cm pada bagian atas dan bawah dibagian yeng terserang. Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsure tembaga tidak dianjurkan karena dapat merusak mutu lateks.
d. Bila percabangan terkena serangan lanjut ( tingkat corticium atau necator ) dilakukan pengupasan kulit busuk kemudian dioleskan Calixin 750 EC secukupnya.
3. Kekeringan Alur Sadap ( Tapping Panel Dryness, Brown Bast )

Gejala dan perkembangannya
Penyakit ini ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak dapat mengalirkan lateks, selain itu penyakit ini juga ditimbulkan akibat penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Tanaman yang tumbuh subur, tanaman yang tumbuh dari biji( seedling ) dan tanaman yang sedang membentuk daun baru sering terserang Penyakit ini. Pada awalnya ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap selanjutnya dalam beberapa minggu keseluruhan alur sadap ini akan menjadi kering, bewarna cokelat dan tidak mengeluarkan lateks. Kekeringan kulit tersebut dapat meluas kekulit lainnya yang seumur tetapi tidak meluas dari kulit perawan kekulit pulihan dan sebaliknya.Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Kekeringan alur sadap dapat meluas pada kulit yng seumur pada pohon yang sama artinya tidak akan menular kepohon lainnya.
Tindakan Pengendalian
a. Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian perangsang lateks(ethepon) pada klon yang mudah terserang seperti BPM 1, PB 235, PB 260, PR 261, dan RRIC 100
b. Bila terjadi penurunan produksi karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap hingga 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan iintensitasnya dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4. dan penggunaan ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon lainnya tidak mengalami hal yang sama.
c. Membuang kulit yang kering dengan cara pengerokan sampai batas 3mm-4mm dari kambium selanjutnya dioles dengan bahan perangsang NoBB atau Antico F-96 sekali empat bulan atau 3 kali/tahun. Pengolesan dengan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerak. Penyadapan dapat dilakukan dibawah kulit yang kering atau dibagian yang sehat dengan intensitas rendah ½ S d/3 atau ½ S d/4.
d. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.

4. Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot ( Ceratocystis Fimbriata )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit bidang sadap mouldy rot disebabkan jamur ceratocystis fimbriata.Peyakit ini mengakibatkan kerusakan pada bidang sadapan sehingga pemulihan kulit terganggu. Bekas bidang sadapan menjadi bergelombang sehingga sagat mempersulit peyedapan berikutnya.Ada kalanya bidang sadap rusak sama sekali sehingga tidak mungkin lagi disadap.Pada bidang sadap dekat alur sadap mula-mula terlihat selaput tipis berwarna putih, kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu, sejajar alur sadap, jamur mempunyai benang-benang hifa yang membentuk lapisan bewarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan pada bagian yang sakit, dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering. Bila lapisan kelabu ini dikerok akan tampak bintik-bintik bewarna cokelat atau hitam. Serangan ini meluas sampai ke cambium hingga ke bagian kayu. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam jarak jauh. Disamping itu jamur juga dapat ditularkan oleh pisau sadap ayng membawa benih penyakit dari bidang sadap yang sakit. Serangan mouldy rot biasanya timbul pada musim hujan, juga sering dijumpai pada kebun-kebun yang mempunyai kelembapan tinggi, daerah beriklim basah dan tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam.
Tindakan pengendalian
a. Di daerah yang sering mengalami serangan mouldy rot atau beriklim basah sebaiknya tidak ditanam klon yang rentan GT 1.
b. Mencegah kelembapan dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat dan memangkas tanaman kacangan yang terlalu lebat.
c. Memberikan dosis pupuk yang tepat sesuai anjuran agar tanaman sehat sehingga pemulihan kulit berlangsung cepat.
d. Penyadapan dilakukan tidak terlalu sering dan dalam untuk mengurangi terjadinya serangan dan mempercepat pemulihan. Menurunkan intensitas penyadapan dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4, atau menghentikan penyadapan sama sekali pada waktu terjadinya serangan berat.
e. Mengobati kulit putihan yang terserang dengan mengoleskan fungisida Antico F-96, Bayleton 2 PA, Bavistin 50 WP, Benlate 50 WP, Derosal 60 WP, atau Topsin M 75 WP dengan kuas selebar 5 cm diatas irisan sadap.sehari setelah penyadapan sebelum getah kering dilepaskan dari alur sadap. Bila terjadi serangan berat penggobatan dilakukan seminggu sekali dan bila serangan ringan dua minggu sekali. Penggunaan fungisida Derosal 60 WP, Topsin M 75 WP atau Benlate 50 WP harus digilir dengan fungisida lainnya untuk terhadap fungisida tersebut.
f. Setiap kali penyadapan sebaiknya pisau sadap dicelupkan kedalam larutan fungisida tersebut untuk mencegah penularan jamur.

C. PENYAKIT DAUN

1. Penyakit Gugur Daun Corynespora (C.cassiicola)

Gejala dan perkembangannya
Penyakit gugur daun Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora cassicola yang menyerang daun karet muda maupun tua. Gejala serangan pada daun cokelat masih belum tampak tetapi sesudah daun menjadi hijau muda gejala mulai terlihat berupa bercak hitam kemudian berkembang seperti menyirip daun mejadi lemas dan pucat pada bagian ujungnya mati dan menggulung pada daun tua. Bercak hitam tersebut akan tampak seperti tulang ikan dan akan makin meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang tidak teratur. Bagian pusat bercak bewarna cokelat atau kelabu kering dan berlubang selanjutnya daun akan menjadi kuning atau cokelat kemerahan dan akhirnya gugur. Jamur ini menyerang tangkai dan daun muda. Serangan jamur biasanya berlangsung lambat dan gugur daun biasanya baru terjadi 2 -3 bulan setelah infeksi jamur. Pengguguran daun akan berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun sehingga pertumbuhan terhambat, tidak dapat disadap dan lambat laun tanaman akan mati. Serangan sering terjadi pada kebun-kebun yang terdapat didataran rendah dengan keadaan iklim agak basah. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam kondisi agak lembab pada siang hari , jamur ini mempunyai banyak tumbuhan inang seperti ketela pohon, akasia, angsana, papaya, beberapa rumputan dan lain-lain .

Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan pada daerah rawan serangan jamur. Dianjurkan menanam beberapa klon anjuran dalam suatu hamparan kebun untuk mengurangi resiko kerugian akibat serangan jamur.
b. Memberikan pupuk ekstra dengan menambah dosis KCL (1,5 x dosis anjuran ) untuk meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penyemprotan fungisida Antracol 70 WP, Bavisitin 50 WP, Benlate 50 WP, Daconil 75 WP atau Dithane M-45 dengan alat semprot punggung. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dimulai pada waktu tanaman berdaun cokelat sampai hijau. Penggunaan fungisida hanya dapat dilakukan di pembibitan dalam polybeg sedangkan pada tanaman dilapangan dianggap tidak menguntungkan.
d. Tanaman yang produksinya sangany rendah karena serangan berat terus-menerus sebaiknya diganti dengan klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Corynespora.

2. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum ( C. Gloeosporioides )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit gugur daun colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum Gloeosporioides. Penyakit gugur daun ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman di pembibitan, tanaman muda, dan menghasilkan. Daun-daun muda yang terserang terlihat lemas bewarna hitam, mengeriput bagian ujungnya mat , menggulungi dan akhirnya gugur. Pada daun dewasa terlihat bercak-bercak bewarna hitam, berlubang dan daun berkeriput serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terserang berat, tajuknya menjadi gundul sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat dan produksinya menurun. Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk.
Serangan jamur terjadi pada waktu tanaman membentuk daun muda selama musim hujan. Serangan berat biasanya terdapat pada klon peka dan kebun yang terletak pada ketinggian di atas 200 m dari permukaan laut serta beriklim basah.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang dibawa oleh angin dan air hujan terutama pada malam hari atau cuaca lembab.

Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan pada kebun-kebun yang rawan penyakit gugur daun colletotrichum yaitu didaratan tinggi dan bercurah hujan tinggi.
b. Memacu pembentukan daun muda lebih cepat dan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan memberikan pupuk ekstra beberapa kali sebelum terbentuk duan baru agar tanaman terhindar dan lebih tahan terhadap serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penggunaan fungisida Antracol 70 W, Cupravit 21 OB, Daconil 75 WP, Delsense MX 200, Dithane M-45, Manzate M-200, atau Sportak 450 EC seminggu sekali selama lima kali penggunaan. Penggunaan fungisida dilakukan pada waktu 10% pohon dalam kebun atau pembibitan telah membentuk daun baru. Penggunaan fungisida dilakukan dengan memakai alat mistblower atau alat semprot punggung dipembibitan atau kebun entres sedangkan alat pengabut ( fulsfog atau dynafog ) pada pertanaman dilapangan. Penggunaan Cupravit 21 OB yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang menghasilkan karena merusak mutu lateks.

3. Penyakit Gugur Daun Oidium ( O. Heveae )

Gejala dan perkembangannya

Penyakit gugur daun ini disebabkan oleh jamur Oidium Heveae. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman dipembibitan, tanaman muda dan menghasilkan. Jamur menyerang daun muda yang masih bewarna cokelat. Daun yang terserang terlihat bewarna hitam, lemas mengeriput, dan berlendir. Dibawah permukaan daun terdapat bercak putih seperti tepung halus yang terdiri dari atas benang hifa dan dan spora jamur. Pada serangan lanjut daun akar gugur dan tinggal tangkainya saja. Serangan jamur pada daun tua ditandai dengan adanya bercak kekuningan pada helaian daun dan terdapat tepung halus bewarna putih dipermukaan tetapi daun-daun tersebut tidak banyak gugur. Serangan berat jamur mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tingkat produksi yang menurun. Jamur ini juga menyerang bunga tanaman sehingga produksi biji juga menurun.
Serangan penyakit biasanya berlangsung pada waktu daun muda terbentuk bersamaan dengan hujan rintik-rintik atau kabut dipagi hari pada awal musim hujan. Serangan berat pada umumnya terjadi pada klon peka dan kebun yang terdapat pada ketinggian dia atas 200 mdari permukaan air laut.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang diterbangkan oleh angina dan embun jarak jauh .

Tindakan Pengendalian
a. Klon-klon yang rentan sebaiknya tidak ditanam didaerah yang rawan penyakit gugur daun Oidium.
b. Menghindari serangan jamur Oidium Heveae dengan merangsang pembentukan daun baru lebih awal. Tanaman yang terlambat gugur alami dan diperkirakan akan membentuk daun baru pada awal musim hujan perlu diberi pupuk tambahan nitrogen satu kali dosis anjuran. Pupuk nitrogen berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih awal sehingga diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu jamur Oidium Heveae timbul pada awal musim hujan. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya pupuk tersebut dibenamkan kedalam tanah agar mudah diserap akar tanaman.
c. Melindungi daun tanaman dari serangan Oidium Heveae dengan fungisida Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Belerang, atau Tilt 250 EC. Penggunaan fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak lima kali, dimulai pada waktu 10% pohon dalam kebun membentuk daun baru dan telah terlihat gejala serangan Oidium Heveae berupa bercak hitam atau cokelat atau embun tepung bewarna putih pada daun tanaman. Penggunaan belerang(10-15kg/ha) dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat penghembus bermotor pada pada pagi hari agar fungisida mudah melekat pada permukaan daun yang masih basah dan tidak diterbangkan oleh angin. Sedangkan penggunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC dilakukan dengan alat penyemprot bermotor atau alat Pengabut ( fulsfog atau dynafog ).


GULMA DI PERKEBUNAN KARET DAN PENGENDALIANNYA

Gulma pada tanaman adalah tumbuhan yang tumbuh disuatu tempat dan pada waktu tidak tepat sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena menganggu pertumbuhan tanaman, terganggunya aktifitas pemeliharaan, penurunan produksi sampai dengan kematian tanaman sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi apabila tidak segera dikendalikan.
A. Berikut kerugian langsung dan tidak langsung yang ditimbulkan Gulma

1. Gulma menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi karena terjadi kompetisi dengan tanaman dalam pemanfaatan air, unsure hara, cahaya matahari, C02, dan ruang tumbuh .
2. Gulma disepanjang jalur tanaman karet menghasilkan akan menghambat pelaksanaan penyadapan dan pengumpulan lateks sehingga meningkatnya biaya produksi atau pemanenan.
3. Gulma meningkatkan biaya pemeliharaan tanaman karet sebesar 50-70% pada tanaman belum menghasilkan, 20-30% pada tanaman menghasilkan.
4. Beberapa jenis gulma dapat mendorong berkembangnya penyakit tanaman karet karena berperan sebagai inang suatu patogen dan meningkatkan kelembapan tanah disekitar perakaran tanaman .
5. Gulma sering menjadi pemicu terjadinya kebakaran terutama pada pertumbuhan gulma yang cukup lebat seperti alang-alang pada musim kemarau .

B. Beberapa jenis gulma pada perkebunan karet

1. Imperata Cylindrica ( L. ) Raeuschel
Imperata Cylindrica dikenal dengan beberapa nama umum seperti alang-alang(jawa), lalang(melayu), dan eurih(sunda) serta banyak nama lainnya. Alang-alang dapat tumbuh baik pada pada daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 2000 m dari permukaan air laut .
2. Mikania Micranta HBK
Mikania Micranta adalah gulam tahunan yang juga dikenal dengan beberapa nama umum seperti sembung rambat ( jawa ), dan areu sembung rambat (sunda ). Daerah penyebarannya cukup luas, yaitu daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m diatas permukaan laut.
3. Melastoma Malabathricum L
Melastoma Malabathricum mempunyai beberapa nama daerah antara lain senduduk (melayu), senggani(jawa), dan harendong(sunda). Gulma ini banyak dijumpai dilahan perkebunan dengan jenis tanah podsolik merah kuning, dan mampu tumbuh baik sampai dengan ketinggian 1.650 m diatas permukaan air laut.
4. Chromolaena Odorata ( L.)R.M.King dan H.Robinson.
Gulma ini dahulu dikenal sebagai Eupatorium Adoratum(L.) dan memiliki nama umum kirinyuh(sunda), Babanjaran(sunda), dan pokok kapal terbang (melayu). Gulma ini dapt tumbuh dengan baik dalam keadaan lingkungan yang teduh maupun kering, sehingga daerah perkembangannya cukup luas diberbagai jenis tanah dan komoditi yang dibudidayakan.
5. Lantana Camara L.
,ayam(melayu), puyengan(jawa), dan kembang telak(jawa) adalah tumbuhan perdu tahunan yang berasal dari amerika. Daerah penyebarannya cukup luas yaitu daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut.
6. Paspalum Conjugatum Berg.
Paspalum Conjugatum berasal dari daerah amerika tropis dan memiliki beberapa nama local antara lain rumput pait( melayu), paitan(jawa), dan jukut pahit(sunda). Gulma ini merupakan rumput tahunan yang tumbuh menjalar dan memiliki stolon, yang pada setiap ruasnya dapat berbentuk akar. Batang atau rumpun Paspalum Conjugatum dapat tumbuh tegak atau miring dengan ketinggian mencapai 60 cm .


C. PENGENDALIAN GULMA

Diperkebunan karet gulma dapat dikendalikan dengan cara Mekanis, Kultur Teknis, dan Kimiawi. Ketiga cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dianjurkan diterapkan secara terpadu, disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan petani agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
Cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul, parang, dan peralatan manual lainnya. Namun cara ini membutuhkan waktu, tenaga, biaya yang cukup tinggi serta dapat merugikan pertumbuhan tanaman karena dapat melukai akar dan merusak fisik tanah selain itu cara mekanis di anggap kurang efektif karena gulma yang perkembangbiakannya dalam tanah sulit terjangkau pengendaliannya.
Pengendalian gulma dengan cara kultur teknis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah seperti leguminosa. Tanaman ini selain efektif menekan pertumbuhan gulma, tetapi juga dapat menambah bahan organik dan unsure hara dalam tanah. Namun cara ini memerlukan biaya relatif tinggi sehingga hanya sebagian kecil petani yang dapat menerapkannya.
Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida mempunyai beberapa kelebihan karena pelaksanaannya cepat, menggunakan sedikit tenaga, dan memebrikan hasil yang efektif. Tetapi petani dihadapkan kendala modal untuk pembelian herbisida serta pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang teknik aplikasi herbisida.






Frekuensi Pengendalian gulma dengan herbisida berdasarkan tingkat umur tanaman karet

Umur Tanaman
(tahun) Aplikasi Herbisida Lebar Piringan/jalur
Kondisi Tajuk Frekuensi Waktu
Tanaman belum menghasilkan 2 - 3 tahun

4 – 5 tahun


Tanaman menghasilkan 6 – 8 tahun

9 -15 tahun


> 15 tahun Belum menutup


Mulai menutup

Sudah menutup


Sudah menutup

Sudah menutup 3 – 4 kali



2 – 3 kali


2 – 3 kali



2 kali


2 kali Maret, juni, September, Desember*

Maret, September, juni*
Maret, September, juni*

Maret, September

Maret, September 1.5 – 2.0 cm



1.5 – 2.0 cm


2.0 – 3.0 cm



2.0 – 3.0 cm


2.0 – 3.0 cm


• Aplikasi herbisida dilakukan secara Spot ( Setempat ) pada daerah yang pertumbuhan gulmanya relatif lebat.







D. APLIKASI PEMILIHAN HERBISIDA

Keberhasilan dan efisiensi aplikasi bergantung pada beberapa faktor utama, antara lain, ketepatan pemilihan herbisida, penguasaan teknik, dan ketepatan aplikasi herbisida dilapangan.

Nama Formulasi Bahan Aktif Gulma Sasaran
(g/L) Nama
Roundup

Basmilang 480 AS

Rambo 480 AS

Agrofos 480 AS

Polaris 240 AS

Spark 160 AS

Sting 160 AS

Touchdown 480 AS

Ally 20 WDG

Paracol



Scout 180/22 AS


Glidamin 300/100 AS 480

480


480

480

240

160

158,2

480


200

200
200


240
73

300
100 Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat


Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Sulfosat


Metsulfuron Metil

Paraquat Diuron



Isopropilamina Glifosat kalium-Picloran

Isopropilamina Glifosat
2,4 D Amina
Imperata Cylindrica, Paspalum, Cynodon.
Imperata Cylindrica, Paspalum.

Imperata Cylindrica, Rumput.
Imperata Cylindrica, Rumput.
Paspalum, Ottochloa, Imperata Cylindrica.
Ottochloa, Imperata Cylindrica.
Ottochloa, Paspalum

Imperata Cylindrica, Paspalum, Ottochloa.

Lantana, Melastoma, Chromolaena.
Ottochloa, Paspalum.



Ottochloa, Paspalum. mekania, Borreria.

Paspalum, mekania.
Catatan : 1. Dosis penggunaan dapat dilihat pada kemasan 2.Nama & jenis herbisida terkini yang secara resmi telah terdaftar dan diizinkan penggunaanya setiap tahunnya dapat dilihat pada buku “pestisida untuk pertanian dan kehutanan” yang disusun oleh Departemen Pertanian.




PENYADAPAN TANAMAN KARET


Penyadapan merupakan suatu tinndakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang terdapat didalam tanaman karet luar. Cara penyadapan yang telah dikenal luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem penyadapan diharahpkan mampu menghasilkan lateks yang banyak, biayanya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Oleh karena itu pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang benar.

A. Penentuan Matang Sadap
Matang sadapTanaman karet akan siap apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang pada umur tanaman .
1. Umur Tanaman.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 – 6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur tanaman karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan hanya dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran lilit batang .
2 Pengukuran lilit batang
Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya(kulit batang). Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan mata okulasi.
3. Matang Sadap Kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun. Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun.

B. Persiapan Pembukaan Bidang Sadap
Sebelum melakukan pembukaan bidang sadap dilakukan Penggambaran bidang sadap pada kebun yang sudah mencapai matang sadap. Kriteria yang ditetapkan dalam penggambaran bidang sadap terdiri dari tinggi bukaan sadap, arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap .
1. Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diatas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
2. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas kekiri bawah membentuk sudut 3,7 derajat dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas kekanan bawah tegak lurus terhadap pembulu lateks. Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antar 30 – 40 derajat terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap atas. Sudut kemiringan sadap juga berpengarug pada aliran lateks kearah mangkuk sadap. Sudut kemiringan yang terlalu datar dapat menyimpang dari alur aliran lateks, selain itu
dapat menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai kemangkuk.
3. Panjang irisan sadap sangat berpengaruh terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah ½ S ( irisan miring sepanjang ½ spiral )
4. Penentuan letak bidang sadap perlu dilakukan agar pelaksanaan penyadapn cepat dan mudah dikontrol. Oleh karena itu bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Jadi bidang sadap diletakkan pada arah timur-barat ( pada jarak antar tanaman yang pendek )
5. Pemasangan talang sadap dilakukan bertujuan supaya tidak mengganggu pelaksanaan penyadapan sehingga lateks dapt mengalir dengan baik dan tidak terlalu banyak meninggalkan getah bekuan pada batang,. Talang sadap baiknya dibuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjang +/- 8 cm dipasang pada jarak 5-10cm dari ujung irisan bagian bawah.. Pemasangan mangkuk sadap dilakukan pada jarak 15 cm – 20 cm dibawah talang sadap hal ini dilakukan agar lateks dapat mengalir sampai ke mangkuk dengan baik, mangkuk pada umumnya terbuat dari tanah liat, plastik, alumunium, atau batok kelapa yang diikat dengan menggunakan kawat

C. Pelaksanaan Penyadapan

1. Kedalaman Irisan Sadap
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada bagian luar sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh kateks semakin banyak. Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun karena itu diusahakan pulit pulihan dapat terbentuk dengan baik oleh karena itu kerusakan saat penyadapan harus dihindari. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon dapat disadap 25 – 30 tahun.
2. Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama akhirnya akan semakin lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini disebabkan tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya dengan ketebalan 1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan .
3. Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S) , frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan secara bebas .
4. Waktu penyadapan
Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 – 07.00 .

D. Sistem Eksploitasi
Kemampuan tanaman dalam menghasilkan lateks berubah yang dipengaruhi oleh umur tanaman. Oleh karena itu aturan penyadapannya juga harus disesuaikan dalam suatu sistem sadap yakni aturan-aturan yang dilakukan pada suatu periode. Beberapa sistem sadap yang dirangkai dan dilakukan secara berurutan sepanjang siklus produksi tanaman dinamakan sistem eksploitasi. Sistem ekploitasi yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah sistem eksploitasi konvensional.


No Sistem Sadap Jangka Waktu
0(I) Kulit Perawan
1(II)Kulit Perawan
2(II)Kulit Perawan
3(II) Kulit Perawan
4(III)Kulit Pulihan Pertama
5(III)Kulit Pulihan Pertama
6a(IV)Kulit Pulihan Pertama
6b(IV) kulit Pulihan Pertama
7-8(V) Kulit Pulihan Kedua TBM
½ s d/3
½ s d/2
½ s d/2
½ s d/2
½ s d/2
½ s ↑ d/2
½ s ↑ d/2
Bebas
5 Tahun
2 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
4 Tahun

Ket : 1.TBM (Tanaman Belum Menghasilkan)2. ↑ : sadapan atas










PENGOLAHAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR)


http://www.suryapromo.com/moel0505 07118407955

Mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang . Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.

A. Penanganan Lateks Kebun
Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu dipengaruhi oleh aktivitas organisme yang akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit angina dan krep (crepe), lateks pekat. Penurunan mutu biasanya disebabkan aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman / jenis klon, pengangkutan, serta kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah hal itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat.
2. lateks harus segera diangkat ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan
3. lateks tidak boleh terkena matahari langsung.
4. atau dengan menambahkan amonia (NH3) atau natrium sultit (Na2SO3) dengan dosis 5ml – 10 ml /liter lateks. Efek samping penggunaan amonia lateks mudah menguap sehingga jika dibiarkan ditempat terbuka akan cepat menurun kadarnya dalam proses penggumpalan diperlukan asam format(semut) lebih banyak.

B. Penentuan Kadar Karet Kering
Kadar Karet Kering (KKK) lateks atau bekuan sangat penting untuk diketahui karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penentuan harga juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS, Krep, dan Lateks Pekat.
Ada empat metode penentuan KKK yang digunakan yakni metode laboratorium baku, metode chee, metode hidrometri, dan metode panci penggoreng.
Pada dasarnya keempat metode tersebut memiliki prinsip penentuan kadar yang sama perbedaan hanya pada peralatan dan metodenya. Cara Perhitungan KKK adalah : Bobot Karet Kering
________________ x 100 %
Bobot Lateks

C. Jenis Bahan Olah Karet Rakyat
Dalam rangka perbaikan mutu bokar, pemerintah telah menetapkan SNI-Bokar No.06-2047-2002 tanggal 17 oktober 2002. dengan kriteria nilai KKK, kebersihan, ketebalan, dan jenis bahan bekuan
Bokar yang bermutu tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu :
1. Tidak ditambahkan bahan-bahan Non karet
2. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
3. Segera digiling dalam keadaan segar
4. Disimpan ditempat yang teduh dan terlindung
5. Tidak direndam dalam air.

Bahan olah karet rakyat :
1. Lum Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.
2. Lum Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya
3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 10 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.
4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum mangkok kemudian dibekukan dengan asam format/semut didalam bak pembeku yang berukuran 60cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalam pengangkutan .
5. Blanket : Sleb tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper, proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb, Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm-1cm, dengan KKK sekitar 65% - 75%.
6. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS : Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan.
7. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam format/semut hamper sama dengan sit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari . Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langsung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain.
8. Lateks Pekat : Lateks Pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadihkan dari KKK 28% - 30 % menjadi KKK 60 % - 64 % , pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan pendadih, pendadihan, dan pemanenan.


SISTEM DAN KELEMBAGAAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR )

A. Pemasaran dan Penentuan Harga Bokar

1. Sistem dan Pemasaran Bokar
Pemasaran Bokar merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan bokar dari petani kepabrik pengolah ( SIR, RSS, Lateks Pekat ) dan selanjutnya diekspor atau dijadikan barang jadi karet.
Penyampaian Bokar dari petani ke pihak pabrik pengolah dilakukan oleh lembaga pemasaran melalui fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran ( Penjualan dan Pembelian ), fungsi fisik ( Pengumpulan, Penyimpanan, Pengangkutan, Pengolahan), Fungsi fasilitas standarisasi, grading, Penanggungan Resiko, Pembiayaan, dan Penyediaan Informasi Pasar/Harga. Dalam melaksanakan Fungsinya Lembaga Pemasaran akan memerlukan Biaya dan Memperoleh Jasa Keuntungan.
Sistem pemasaran karet rakyat umumnya delum terorganisasi dengan baik dan kurang efisien hal ini disebabkan lokasi kebun karet rakyat yang tersebar dalam luasan yang sempit, rantai pemasaran yang panjang, dan mutu Bokar yang rendah serta beragam. Penyebab lainnya adalah sistem penjualan bokar masih didasarkan atas berat basah, sehingga bokar yang diperdagangkan hanya Berkadar 40 – 50 % selebihnya adalah air dan kotoran. Karena kondisi ini menyebabkan biaya angkut yang tinggi dan ada resiko susut yang harus ditanggung oleh lembaga Pemasaran dan pada akhirnya berpengaruh terhadap harga yang diterima petani. Artinya dengan semakin besar biaya dan jasa pemasaran makan bagian harga yang diterima petani semakin rendah.

Sistem Pemasaran Bokar



¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬__________________________ ______________________________
│ ↓ ↑ ↓
Petani → Pedagang Desa → Pedagang Besar → Pool Pabrik → Pabrik/Eksportir
↓_______________________________↑________________↑

Rantai Pemasaran Bokar Tradisional





kemitraan
____________________________________________
↑ ↓
Petani → Kelompok tani → KUD
Industri Barang ½ jadi

↓¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬_______________________ Pabrik pengolah / eksportir
Kemitraan / lelang

Rantai pemasaran Bokar yang telah terorganisasi
Kelompok Tani dan KUD tidak menguasai fisik bokar tetapi hanya sebagai pengelola yang memperoleh fee / komisi



2. Sistem Penentuan Harga Bokar
Harga bokar yang diterima Petani seperti yang diuraikan diatas ditentukan oleh sistem kelembagaan, dan panjangnya rantai pemasaran yang pada dasarnya menentukan tingkat kekuatan petani dalam melakukan negosiasi pembentukan harga. Selain itu harga bokar ditentukan oleh : Jenis dan Mutu Bokar, Kadar Karet Kering (KKK), Harga Karet Alam Dunia, Marjin Pemasaran.
A. Jenis dan mutu bokar yang terstandarisasai biasanya berhubungan dengan Kadar Karet Kering ( KKK ) yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam penentuan harga bokar. Mutu bokar yang baik harus memenuhi kriteria, diantaranya adalah : 1. lateks dibekukan dengan asam semut atau pembeku lain yang dianjurkan, 2. Bersih dan bebas kontaminasi kotoran, 3. Tidak Direndam dalam air atau dijemur dibawah terik matahari, 4. KKK ditingkat Petani minimum 50%, 5. Dicetak dalamUkuran Tertentu.
Standar Nasional Indonesia(SNI) bokar Nomor 06-2047-2002 tanggal 17 oktober 2002, dalam SNI tersebut bokar terdapat 4 jenis mutu Sleb dan Lum, maka harga pembelian bokar dibedakan berdasarkan jenis mutu agar petani terdorong untuk menghasilkan bokar yang bermutu baik.
B. Kadar Karet Kering ( KKK )
Kadar Karet kering adalah persentase kandungan karet yang terdapat didalam bokar. KKK merupakan faktor terpenting penentuan harga bokar. KKK bokar ditentukan oleh KKK lateks, sistem pengolahan dan penyimpanan bokar di tingkat petani.
Secara sederhana Penentuan KKK dapat dihitung sebagai berikut :
KKK : Sb / Bk x 100 %
Sb : Sleb basah(mula2)
Bk : Blanket kering(sleb setelah digiling)
Penentuan KKK oleh lembaga pemasaran hanya berdasarkan perkiraan visual dan ada unsur spekulasinya. Hal ini dipengaruhi dengan penanggungan resiko misalnya kesalahan taksir KKK. Selain itu kondisi tersebut masih ditambah lagi dengan adanya resiko susut angkut dan salah taksir tingkat kebersihan mutu sleb, kondisi ini menyebabkan lembaga pemasaran umumnya melakukan potongan berat dalam membeli bokar petani untuk mengurangi resiko.
C. Harga Karet Alam Indonesia
Penentuan Harga Bokar menggunakan pedoman yang bersumber dari harga karet alam dunia yang telah disesuaikan jika karet (SIR/RSS) akan diekspor dari pelabuhan setempat ( harga FOB ). Harga tersebut biasanya diumumkan lewat media radio, Koran, atau juga bisa diakses melalui website www.bappebti.go.id atau www.sicom.co.sg
Dari harga FOB tersebut selanjutnya dikurangi biaya pengolahan SIR dan keuntungan pabrik yang biasanya dipengaruhi oleh kapasitas produksi riil pabrik dan penyusutan, berbagai biaya variable, khususnya biaya tenaga kerja dan energi proses pengolahan. Harga Pembelian ditingkat Pabrik (100% KK) berkisar antara 80 % - 92 % FOB SIR 20. Harga Pembelian Pabrik sangat dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan bokar dalam suatu wilayah .
D. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah selisih antara harga ditingkat konsumen dengan harga ditingkat petani dalam arti penjumlahan dari biaya-biaya dan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin panjang rantai pemasaran dan semakin rendah mutu bokar, akan menyebabkan total biaya pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh berbagai tingkat lembaga pemasaran semakin besar yang pada akhirnya akan memperkecil bagian yang akan diterima oleh petani.




B. Alternatif Pengorganisasian Pemasaran Bokar

Pemasaran bokar melalui kelompok tani diharapkan mampu memupuk dan melatih jiwa kebersamaan petani yang progresif, meningkatkan posisi tawar menawar petani, serta menghasilkan volume jual yang efisien yang dapat menurunkan biaya-biaya pemasaran sekaligus meningkatkan harga jual bokar dan bagian harga yang diterima petani.

1. Pemasaran Bokar dengan Pola kemitraan
Secara konseptual Pola kemitraan dinilai sangat ideal karena terjadi komunikasi antara kelembagaan petani, pabrik pengolah/pengekspor, dan instansi pemerintah yang berfungsi menetapkan harga pembelian bokar, pembakuan mutu sesuai standar SNI, dan menentukan aturan main sistem kemitraan yang diawasi dengan jelas dan praktis. Namun operasionalnya bagi pihak mitra dinilai memberatkan dan petani sendiri seringsekali tidak merasa diuntungkan, salah satu penyebabnya adalah karena karet merupakan komoditas yang pasarnya terbuka, jumlah pembelinya sangat banyak dan harganya bersaing, akibatnya pola ini tidak populer dan tidak berkembang .
2. Pemasaran Bokar dengan Lelang
Mekanisme umum pasar lelang bokar adalah sebagai berikut :
o. Panitia lelang mengkoordinasikan jenis dan mutu bokar tertentu yang dihasilkan oleh petani / kelompok tani sesuai dengan permintaan pasar.
o. Panitia lelang mengundang pabrik pengolah atau pedagang besar untuk mengikuti lelang pada waktu yang ditentukan, disertai estimasi tentang jenis dan volume bokar yang akan dilelang.
o. Para petani / kelompok tani mengumpulkan sejumlah bokar dengan volume tertentu
o. Diadakan pemeriksaan mutu bokar petani / kelompok tani oleh panitia lelang dan penawar lelang dan penawar lelang.
o. Panitia lelang menentukan harga indikator yang disesuaikan dengan perkembangan harga umum ( terutama harga internasional ) dengan memperhatikan mutu
o. Pembeli mengadakan penawaran secara terbuka dan ditentukan harga penawaran tertinggi
o. Pengukuran volume lelang ( penimbangan )
o. Pembayaran transaksi dilakukan secara tunai.

Sistem dan kelembagaan pemasaran bokar akan menentukan tingkat harga dan bagian yang akan dterima petani, yang selanjutnya akan menentukan pendapatan petani. Didalam mekanisme pembentukan harga bokar yang diterima petani, selain terdapat faktor-faktor yang dikuasai oleh petani sendiri( jenis mutu bokar dengan KKK optimum yang sesuai permintaan pasar dan meminimumkan marjin pemasaran) juga terdapat faktor yang tidak dapat / tidak langsung dikuasai oleh petani ( misalnya harga karet internasional ). Upaya pengorganisasian sistem pemasaran bokar untuk meningkatkan efisiensi dapat dilakukan dengan mengoptimumkan berbagai faktor yang dapat dikuasai oleh petani, apabila arus pemasaran bokar kekonsumen lancar dan berkesinambungan .