Ulat pemakan daun gaharu telah menyerang pohon gaharu muda dan tua
di beberapa daerah. Hama ini memakan pucuk muda. Ketika pucuk muda
habis, daun tua juga dimakannya. Ulat mulai teramati di kebun gaharu di
daerah Carita, Banten pada bulan Juli 2009. Serangan yang terus menerus
dapat menyebabkan pohon gaharu mati.
07/03/12
Manfaat Teh Daun Gaharu untuk Kesehatan
Minum teh hangat
merupakan suatu kenikmatan tersendiri dan memiliki khasiat terhadap
kesehatan tubuh. Seperti mengonsumsi teh gaharu, dipercaya dapat
mengurangi rasa sakit kepala karena pusing, meningkatkan stamina bagi
pria, stamina dan kesehatan, tidak mudah masuk angin dan obat penyakit
dalam karena sakit perut.
“Insya Allah teh gaharu
dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Oleh
sebab itu di masa mendatang kandungan aktif dalam teh gaharu ini harus
diketahui, untuk memberikan justifikasi ilmiah kepada khalayak,” kata
Mahmuddin.
Minum teh daun gaharu ini cukup dilakukan sekali dalam sehari setelah sebelumnya daun teh direbus dan disaring untuk mendapatkan air nya dan nikmatnya kehangatan teh yang sangat bermanfaat bagi kesehatan ini.
“Minum di pagi hari sekali sudah cukup mendapatkan manfaat teh daun gaharu ini. Tapi kalau mau dua kali sehari juga bisa dan bertambah baik,” ujarnya.
Selain itu teh gaharu dapat juga bermanfaat membantu masalah insomnia atau sukar tidur, membantu merendahkan tahap kolestrol, meredakan ketegangan/hipertensi dan stress, membantu mengurangkan toksik dalam badan, mengurangkan kadar tekanan dalam darah dan gula yang tinggi.
“Selain itu, teh gaharu dapat sebagai anti stres dan hipertensi penurunan tahap kolestrol, penurunan tahap tekanan darah tinggi dan gula,” katanya.
Manfaat Gaharu
Gaharu adalah sejenis kayu yang memiliki kandungan damar berbau wangi dengan berbagai bentuk dan warna yang khas yang berasal dari pohon penghasil gaharu. Manfaat gaharu sendiri, lanjutnya, dengan mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil) yang dapat dibuat dengan ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat dari berbagai jenis parfum, kosmetika dan obat-obatan herbal. Serbuk atau abu dari gaharu digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma terapi.
Sampai saat ini pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk bahan baku sebagai kayu bulatan, cacahan, bubuk,atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda. Gaharu mempunyai kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas. Dari aromanya itu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh masyarakat negara-negara di Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan China, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis aksesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan, gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk agama Buddha, dan Hindu.
Dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya berguna sebagai bahan untuk industri wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan sebagai obat. Gaharu bisa dipakai sebagai obat, anti asmatik, anti mikroba, stimulant kerja saraf dan pencernaan, obat sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus, penghilang stress, gangguan ginjal, asma, hepatitis, sirosis, dan untuk kosmetik (perawatan wajah dan menghaluskan kulit).
“Harga jual gaharu yang mahal di pasaran dan mulai langkanya pohon gaharu di hutan alam merupakan dua faktor utama menjadi alasan pembudidayaan pohon gaharu,” jelas Mahmuddin.
Minum teh daun gaharu ini cukup dilakukan sekali dalam sehari setelah sebelumnya daun teh direbus dan disaring untuk mendapatkan air nya dan nikmatnya kehangatan teh yang sangat bermanfaat bagi kesehatan ini.
“Minum di pagi hari sekali sudah cukup mendapatkan manfaat teh daun gaharu ini. Tapi kalau mau dua kali sehari juga bisa dan bertambah baik,” ujarnya.
Selain itu teh gaharu dapat juga bermanfaat membantu masalah insomnia atau sukar tidur, membantu merendahkan tahap kolestrol, meredakan ketegangan/hipertensi dan stress, membantu mengurangkan toksik dalam badan, mengurangkan kadar tekanan dalam darah dan gula yang tinggi.
“Selain itu, teh gaharu dapat sebagai anti stres dan hipertensi penurunan tahap kolestrol, penurunan tahap tekanan darah tinggi dan gula,” katanya.
Manfaat Gaharu
Gaharu adalah sejenis kayu yang memiliki kandungan damar berbau wangi dengan berbagai bentuk dan warna yang khas yang berasal dari pohon penghasil gaharu. Manfaat gaharu sendiri, lanjutnya, dengan mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil) yang dapat dibuat dengan ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat dari berbagai jenis parfum, kosmetika dan obat-obatan herbal. Serbuk atau abu dari gaharu digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma terapi.
Sampai saat ini pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk bahan baku sebagai kayu bulatan, cacahan, bubuk,atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda. Gaharu mempunyai kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas. Dari aromanya itu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh masyarakat negara-negara di Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan China, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis aksesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan, gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk agama Buddha, dan Hindu.
Dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya berguna sebagai bahan untuk industri wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan sebagai obat. Gaharu bisa dipakai sebagai obat, anti asmatik, anti mikroba, stimulant kerja saraf dan pencernaan, obat sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus, penghilang stress, gangguan ginjal, asma, hepatitis, sirosis, dan untuk kosmetik (perawatan wajah dan menghaluskan kulit).
“Harga jual gaharu yang mahal di pasaran dan mulai langkanya pohon gaharu di hutan alam merupakan dua faktor utama menjadi alasan pembudidayaan pohon gaharu,” jelas Mahmuddin.
Jenis-Jenis pohon penghasil gaharu
a. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledon
Famili : 3 Famili (Thymeleaceae, Euphor-biaceae dan Leguminoceae)
Genus : 8 Genus (Aqui-laria, Aetoxylon, Dalbergia, Enkleia, Excoccaria, Gonystylus, Gyrinops dan Wiekstroemia.
Spesies : 27 jenis
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledon
Famili : 3 Famili (Thymeleaceae, Euphor-biaceae dan Leguminoceae)
Genus : 8 Genus (Aqui-laria, Aetoxylon, Dalbergia, Enkleia, Excoccaria, Gonystylus, Gyrinops dan Wiekstroemia.
Spesies : 27 jenis
b. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Penyebaran jenis inang gaharu terdapat di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Srilanka, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di Pulau Sumatera (10 jenis), Pulau Kalimantan (12 jenis), kemudian dalam jumlah terbatas tumbuh di Kepulauan Nusa Tenggara (2 jenis), Pulau Papua (2 jenis), Pulau Sulawesi 2 jenis, Pulau Jawa (2 jenis), dan Kepulauan Maluku (1 jenis).
Penyebaran jenis inang gaharu terdapat di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Srilanka, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di Pulau Sumatera (10 jenis), Pulau Kalimantan (12 jenis), kemudian dalam jumlah terbatas tumbuh di Kepulauan Nusa Tenggara (2 jenis), Pulau Papua (2 jenis), Pulau Sulawesi 2 jenis, Pulau Jawa (2 jenis), dan Kepulauan Maluku (1 jenis).
Kondisi ekologis tempat tumbuh inang gaharu sebagai berikut, suhu
udara 24-32 C, kelembaban udara 80-90 %, dan curah hujan 1.500-2.500 mm
per tahun pada ketinggian yang bervariasi untuk setiap jenis berkisar
10-1.600 m dpl. Khusus untuk jenis Gyrinops versteegii (Gig) Domke di
daerah Nusa Tenggara yang beriklim kering tumbuh pada ketinggian 10-900 m
dpl., topografi dataran rendah sampai pegunungan, pada jenis tanah
bervariasi dengan sifat struktur tanah lempung atau liat, berpasir, pada
tanah marginal, jenis tanah regosol coklat kelabu, mediteran haplik,
dan kambisol eutrik (Pusat Penelitian Tanah,1993) dan pada curah hujan
1.500-2. 000 mm per tahun atau pada tipe iklim C (Schmidt dan
Ferguson,1951).
c. Pemanfaatan
Gaharu banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, pewangi ruangan, hio, dupa, minyak wangi, dan sebagai obat tradisional.
Gaharu banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, pewangi ruangan, hio, dupa, minyak wangi, dan sebagai obat tradisional.
d. Jenis dan Habitus
Susatyo (1983) dalam Sumarna (2007) melaporkan bahwa beberapa ciri morfologis, sifat fisik, sebaran tumbuh serta nama daerah jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia sebagai berikut:
Susatyo (1983) dalam Sumarna (2007) melaporkan bahwa beberapa ciri morfologis, sifat fisik, sebaran tumbuh serta nama daerah jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia sebagai berikut:
a. Aquilaria spp. Pohon dengan tinggi batang yang
dapat mencapai antara 35-40 m, berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang
licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun
lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5-8 cm dan lebar 3-4 cm, ujung
daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting
atau diketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polongan berbentuk
bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm lebar.
Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu
halus berwarna kemerahan.
b. A. malaccensis di wilayah potensial dapat
mencapai tinggi pohon sekitar 40 m dan diameter 80 cm, beberapa nama
daerah seperti: ahir, karas, gaharu, garu, halim, kereh, mengkaras dan
seringak. Tumbuh pada ketinggian hingga 750 m dpl pada hutan dataran
rendah dan pegunungan, pada daerah yang beriklim panas dengan suhu
rata-rata 32° C dan kelembaban sekitar 70%, dengan curah hujan kurang
dari 2.000 mm/tahun.
c. A. microcarpa tinggi sekitar 35 m berdiameter
sekitar 70 cm dengan nama daerah tengkaras, engkaras, karas, garu
tulang, dan lain-lain. Sedangkan A. filaria tinggi pohon antara 15-18 m
berdiameter sekitar 50 cm, di Irian Jaya memiliki nama daerah age dan di
Maluku las. Tumbuh di hutan dataran rendah, rawa hingga ketinggian
sekitar 150 m, pada kawasan beriklim kering bercurah hujan sekitar 1.000
mm/th. A. beccariana, memiliki nama daerah mengkaras, gaharu dan gumbil
nyabak. Tumbuh hingga ketinggian 850 m.dpl pada kondisi kawasan
beriklim kering dengan curah hujan sekitar 1.500 mm/th.
d. Gyrinops spp. Tumbuhan gaharu jenis ini berbentuk
sebagai pohon yang memiliki ciri dan sifat morfologis yang relatif
hampir sama dengan kelompok anggota famili Thymeleacae lainnya. Daun
lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata, ujung meruncing, panjang
sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm. Buah berwarna kuning- kemerahan dengan
bentuk lonjong. Batang abu-kecoklatan, banyak cabang, tinggi pohon dapat
mencapai 30 m dan berdiameter sekitar 50 cm. Daerah sebaran tumbuh di
wilayah Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan potensi terbesar berada di
Irian Jaya (Papua).
e. Aetoxylon spp. Pohon dengan rataan tinggi sekitar
15 m, berdiameter antara 25-75 cm, kulit batang ke abu-abuan atau
kehitam-hitaman dan bergetah putih. Bentuk daun bulat telur, lonjong,
licin dan mengkilap dan bertanggkai daun sekitar 8 mm. Bunga dalam
kelompok berjumlah antara 5-6 bunga, berbentuk seperti payung, dengan
panjang tangkai bunga sekitar 9 mm, bentuk bunga membulat atau bersegi
lima berdiameter sekitar 4 mm, buah membulat panjang sekitar 3 cm dan
lebar 2 cm, serta tebal 1 cm. Tumbuh pada kawasan hutan dataran rendah
dengan lahan kering berpasir, beriklim sedang dengan curah hujan sekitar
1.400 mm/th, bersuhu sekitar 27° C dan berkelembaban sekitar 80%.
Gaharu dari jenis ini memiliki nama daerah sebagai kayu biduroh, laka,
garu laka, garu buaya, dan pelabayan.
f. Gonystylus spp. Memiliki ciri dan sifat
morfologis dengan tinggi dapat mencapai 45 m dan berdiameter antara
30-120 cm, memiliki tajuk tipis, dan berakar napas (rawa), Bedaun
tunggal, berbentuk bulat telur, panjang 4-15cm, lebar 2-7 cm dengan
ujung runcing, bertangkai daun 8-18 mm, licin dengan warna
hijau-kehitaman. Bunga berbentuk malai berlapis dua, muncul diujung
ranting atau ketiak daun, berwarna kuning, tangkai bunga panjang sekitar
1,5 cm. Berbuah keras,berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing,
memiliki 3 ruang, panjang 4-5 cm, lebar 3-4 cm, benih berwarna hitam.
Gaharu dari jenis ini umumnya terbentuk pada bekas taksis duduk cabang,
sehingga bentuk gaharu terbentuk umumnya berbentuk bulatan-bulatan. Nama
daerah gaharu dari kelompok jenis ini adalah: karas, mengkaras, garu,
halim, alim, ketimunan, pinangbae, nio, garu buaya, garu pinang, bal,
garu hideung, bunta, mengenrai, udi makiri, sirantih, dan lain-lain.
g. Enkleia spp. Tumbuhan penghasil gaharu dari kelompok jenis ini berbentuk tumbuhan memanjat (liana) dengan panjang mencapai 30 m berdiameter sekitar 10 cm, batang kemerah-merahan, beranting dan memiliki alat pengait. Bunga berada diujung ranting, bertangkai bunga dengan panjang mencapai 30 cm, bunga berwarna putih atau kekuningan, Buah bulat-telur, panjang 1,25 cm dan lebar 0,5 cm. Dikenal dengan nama daerah tirap akar, akar dian dan akar hitam, garu cempaka, garu pinang, ki laba, medang karan, mengenrai, udi makiri, garu buaya, bunta, dan lain-lain.
h. Wiekstroemia spp. Pohon berbentuk semak dengan
tinggi mencapai sekitar 7 m dan diameter sekitar 7,5 cm, ranting
kemerah-merahan atau kecoklatan. Daun bulat telur, atau elips/lancet,
panjang 4-12 cm dan lebar 4 cm. Helai daun tipis, licin di dua
permukaan, bertangkai daun panjang 3 cm. Bunga berada diujung ranting
atau ketiak daun, berbentuk malai dan tiap malai menghasilkan 6 bunga
dengan warna kuning, putih kehijauan atau putih, dengan tangkai bunga
sekitar 1 mm, mahkota bunga lonjong atau bulat telur dengan panjang 8 mm
dan lebar 5 mm berwarna merah. Kelompok gaharu dari jenis-jenis ini
dikenal memiliki nama daerah, layak dan pohon pelanduk, kayu linggu,
menameng atau terentak.
i. Dalbergia sp. Sementara hanya ditemukan 1 jenis
yakni D. parvifolia sebagai salah satu dari anggota famili Leguminoceae
merupakan tumbuhan memanjat (liana) dan produk gaharunya kurang disukai
pasar.
j. Excoccaria sp. Genus ini hanya ditemukan 1 jenis
yakni E. agaloccha yang merupakan anggota famili Euphorbiacae tergolong
tumbuhan tinggi dengan tinggi pohon antara 10-20 m dan dapat mencapai
kelas diameter sekitar 40 cm. Produksi gaharunya kurang disukai pasar.
e. Teknik Budidaya
a. Penanganan Benih dan Persemaian
Pengadaan bibit gaharu sementara dapat memanfaatakn potensi tegakan alam gaharu yang masih tersedia sebagai pohon tegakan benih ( seed stand ). Dalam jangka panjang perlu dibina ketersediaan pohon induk ( seed orchard ) yang berperan sebagai sumber bahan tanaman dalam membina budidaya serta sekaligus upaya pelestarian sumberdaya genetik jenis gaharu. Pengadaan bibit gaharu dapat berasal dari biji, anakan cabutan alam, dan stump . Pengunduhan biji dapat dilakukan dari pohon induk. Anakan alam diperoleh dari hasil cabutan yaitu dengan cara mengambil bibit cabutan alam yang memiliki tinggi 15-20 cm, daun lebih dari 6 helai, dan di persemaian akarnya diberi perlakuan hormon tumbuh Rootone-F sebesar 200 ppm dan dipelihara di persemaian sampai umur 4 bulan. Bibit dengan stump bisa diperoleh dari anakan alam maupun lewat persemaian dengan membuat potongan stump dengan panjang batang atas 5 cm dan panjang bagian bawah (akar) 10 cm yang diikuti pemotongan akar serabut dan diberi perlakuan Rootone-F sebesar 200 ppm sebelum ditanam di lapangan. Pengadaan benih gaharu yang berasal dari biji bisa dilakukan dengan pemungutan buah yang telah masak fisiologis. Buah masak jenis Gyrinops verstegii (Gig) Domke terbanyak terjadi pada bulan Januari-Februari dan di luar bulan tersebut gaharu berbuah sangat sedikit. Buah bentuknya bulat lonjong sebesar biji kacang tanah yang telah dikupas, dengan ukuran tinggi 1 cm dan lebar 0,5 cm. Buah tua dicirikan kulit berwarna hijau kekuning-kuningan dan cangkang buah belum merekah. Pemungutan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon dan menjatuhkan buah dengan galah berkait agar buah dapat berjatuhan dan selanjutnya biji dikeluarkan dari buah masak dan segera didederkan di bedeng tabur, karena biji gaharu tidak tahan lama dalam penyimapanan (bersifat recasiltran). Setiap buah mengandung 3-4 biji. Dalam 1 kg buah gaharu terdapat 3.000 biji dengan daya kecambah 65 %. Pemakaian Rootone-F dalam perkecambahan biji dapat meningkatkan persen kecambah sampai 85 % (Surata, 2004). Selanjutnya penyapihan dilakukan di bedeng sapih dengan menggunakan polybag 15 cm x 20 cm, media semai tanah : kompos 4 :1. Persemaian di bedeng sapih dapat menggunakan persemaian permanen ( shade house ) dan persemaian konvensional. Setelah penyapihan maka dilakukan penyiram setiap hari. Bibit gaharu memerlukan umur > 6 bulan di persemaian sebelum ditanam di lapangan. Sebelum pemindahan bibit ke lapangan maka perlu dilakukan pemotongan akar yang tembus polybag dan hardening of (aklimatisasi) yang dilakukan sebulan sebelum penanaman.
b. Teknik Penanaman
Sesuai dengan sifat fisiologis pohon gaharu yang mempunyai sifat toleran (memerlukan naungan) pada awal pertumbuhannya ( vegetaif growth ), maka persiapan lahan tanaman perlu diiringi persiapan pohon penaung. Letak tanaman ditata dalam jalur berjarak 3 atau 6 m yang dibersihkan secara jalur sekitar 1 m dan pohon atau semak di sekitarnya dibiarkan sebagai penaung. Jarak tanam dalam jalur 3 m atau 6 m, lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm. Modifikasi jarak tanam ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi tapak setempat jenis pohon penaung yang sudah ada dengan pengaturan pohon penaung sebesar 50 %. Sebaiknya gaharu ditanam pada awal musim hujan, agar bibit yang ditanam mempunyai waktu yang cukup panjang untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pada musim kemarau pertama tanaman sudah cukup kuat untuk menghadapi keadaan cuaca yang kering dan panas di lapangan.
Sesuai dengan sifat fisiologis pohon gaharu yang mempunyai sifat toleran (memerlukan naungan) pada awal pertumbuhannya ( vegetaif growth ), maka persiapan lahan tanaman perlu diiringi persiapan pohon penaung. Letak tanaman ditata dalam jalur berjarak 3 atau 6 m yang dibersihkan secara jalur sekitar 1 m dan pohon atau semak di sekitarnya dibiarkan sebagai penaung. Jarak tanam dalam jalur 3 m atau 6 m, lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm. Modifikasi jarak tanam ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi tapak setempat jenis pohon penaung yang sudah ada dengan pengaturan pohon penaung sebesar 50 %. Sebaiknya gaharu ditanam pada awal musim hujan, agar bibit yang ditanam mempunyai waktu yang cukup panjang untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pada musim kemarau pertama tanaman sudah cukup kuat untuk menghadapi keadaan cuaca yang kering dan panas di lapangan.
c. Pola Tanam
Pola tanam budidaya gaharu disesuaikan dengan sifat fisiologis tumbuhan inang gaharu yang memerlukan pohon penaung. Beberapa teknik alternatif yang dapat diterapkan antara lain dengan memanfaatkan pohon penaung yang sudah ada (sistem perkayaan jalur) dan pembutan hutan tanaman dengan menanam pohon penaung jenis cepat tumbuh (pola hutan campuran), baik pada hutan produksi maupun hutan rakyat. Pola penaung pada hutan alami (sistem perkayaan) dapat diterapkan dengan membebaskan tajuk pohon penaung yang sudah ada. Menurut Surata (2002) pertumbuhan inang gaharu jenis Gyrinops verstegii (Gig) Dom di Pusuk Pulau Lombok, paling baik bilamana ditanam di bawah naungan pohon hutan alam 50 % (Tabel 2). Penggunaan naungan ini menunjukkan bahwa pada musim kemarau pertumbuhan tinggi, diameter, dan persen tumbuh lebih baik serta warna daun lebih hijau, jumlah daun lebih banyak, dan kondisi vigor tajuk tanaman lebih sehat; demikian sebaliknya yang dengan tanpa penaung pertumbuhan tanaman lebih rendah. Penggunaan pohon penaung mempengaruhi iklim mikro seperti meningkatkan kelembaban udara serta menurunkan intensitas penyinaran, temperatur udara dan temperatur tanah pada musim kemarau dan hal ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan gaharu di daerah kering Nusa Tenggara yang mempunyai iklim kering yang agak panjang (8 bulan).
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan akan sangat menentukan produksi gaharu pada saat tegakan masih muda. Pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan tanaman muda, pemeliharaan tegakan lanjutan, dan perlindungan tanaman. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan sejak bibit ditanam di lapangan sampai terbentuknya tegakan hutan yaitu pada saat tajuk hutan mulai menutup meliputi penyulaman, penyiangan, dan pandangiran. Penyulaman dilakukan dua kali yaitu pada tahun tanam berjalan dan umur satu tahun sampai tercapainya persen tumbuh 80 %. Penyiangan dilakukan 2 kali setahun atau disesuaikan dengan keadaan pertumbuhan gulma dan pendangiran dilakukan setahun sekali. Pemeliharaan tegakan lanjutan dilakukan sejak tajuk hutan menutup dengan pohon penaung sampai tegakan mencapai umur panen gaharu dengan melakukan pemangkasan dan penjarangan pohon penaung yang ditujukan untuk memberi kesempatan tumbuh yang sebaik-baiknya pada setiap pohon inang gaharu. Pemeliharaan tegakan juga dilakukan pada inang gaharu yang terlalu rapat, dilakukan untuk mengurangi terjadinya persaingan antar pohon dalam rangka meningkatkan kesehatan, kualitas, dan nilai tegakan. Penjarangan pohon inang gaharu bisa juga didahului dengan mempercepat mengadakan penularan secara intensif pada pohon yang akan dijarangi selagi pohon masih muda, sehingga apabila pohon tersebut dipotong hasil penjarangan bisa dimanfaatkan.
23/02/12
Cara Penanaman Karet
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk
memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara
lain : berproduksitinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi
terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka
kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam
adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).
Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit
tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk
penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun
diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada
musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana
curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100
hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil
yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping
pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk
dasar.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi
pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum
Tabel 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur Tanaman
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman,
program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus
dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun.
Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada
semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan
lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36
biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program
dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 2. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan
Tabel 3. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Menghasilkan
Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk
RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan
tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik.
Pemberantasan Penyakit Tanaman Karet
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet.
Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil
akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam
upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian
secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit
tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan
di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan
nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang
umum ditemukan pada perkebunan adalah :
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus
(Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar
tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun
terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati.
Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada
perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan
agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip
topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada
serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah
tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman
tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar
tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran
tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet
umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul
atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan
dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko
kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut
maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara
penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur
sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak
mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu
sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks
ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak
mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa
minggu saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan
lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena
pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat
meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit
perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan
penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan
atau tonjolan pada batang tanaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi
pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur
sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila
terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang
dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap
sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya
dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon
dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak
mengalami kering alur sadap.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium
dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles
dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali
satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan
penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali
seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek (Gambar 4.10).
Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel
lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4).
Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap.
Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra
untuk mempercepat pemulihan kulit.
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan
persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan
tanah sebagai media tumbuhnya.
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet
adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman
karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga
terlambat.
Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal
antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara
100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman
karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan
laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh
tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai
350C.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada
umumnya kurang baik untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman
karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah
dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah
agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
Klon-klon Karet Rekomendasi
Harga karet
alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong
percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan
menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya.
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam
Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi
tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet
(rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan
menggunakan klon karet unggul.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112
lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.
Potensi produksi lateks beberapa klon anjuran yang sudah dilepas disajikan pada Gambar 1
Gambar 1. Produksi Lateks Beberapa Klon Anjuran (***, ** dan * adalah ratarata produksi 15, 10, dan 5 tahun sadap) |
Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan.
Untuk
mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang
baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu
berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun
entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres
dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman
yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya
rendah. Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang
dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman
sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi
akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum
mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata
entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh
klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
Penanaman
bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka
kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan.
Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk
pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit.
Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang
waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah
pembongkaran. Secara lebih terperinci penyiapan bahan tanam karet
okulasi dapat dilihat Buku Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (tahun
1996, edisi ke-2) atau Booklet Pengelolaan Bahan Tanan Karet (tahun
2005) yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian
Karet.
21/02/12
beberapa tahap kegiatan penanaman gaharu
Budidaya gaharu terdiri dari beberapa tahap kegiatan atl.:
• Pemilihan Species
Aquilaria malaccensis, A. microcarpa serta A. crassna adalah species penghasil gubal gaharu dengan aroma yang sangat disenangi masyarakat Timur Tengah, sehingga memiliki harga paling tinggi.
• Lokasi Penanaman.
Gaharu dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 750 m dpl.
• Pola Tanam
Monokultur atau sistem campur (tumpangsari, atau agroforestry)
• Jarak Tanam
Jarak tanam 3 x 3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5 x 3 m sampai 2.5 x 5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut.
BUDIDAYA GAHARU
• Lubang tanam
Ukuran lubang tanam adalah 40 x 40 x 40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3 : 1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam.
• Penanaman
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.
• Pemeliharaan
Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung dan pruning agar kena cahaya matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti Tiodane, Decis, Reagent., dll Pembersihan gulma dapat dilakukan sekali 3 bulan atau pada saat dipandang perlu.
Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.
ANALISA BUDIDAYA POHON GAHARU
- Misal Luas areal untuk penanaman adalah seluas 200 m2, dengan perhitungan jarak tanam 3m x 3 m, maka didapatlah jumlah pohon yang bisa ditanam pada lahan adalah = 20 batang pohon gaharu.
- Biaya, dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
- Biaya tahap 1 (pengadaan bibit,penanaman dan perawatan di tahun pertama)
- Biaya tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun ke-2 sampai tahun ke-7),
- Biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10).
- pembelian bibit 20 btng @ Rp.45.000,- ……………..= Rp. 900.000,-
- pupuk kandang 100 kg @ Rp. 1.000,- …………………= Rp. 100.000,-
- pestisida (furadan,stiko,dll ………………………………..= Rp. 500.000,-
- tenaga penanaman @Rp 10.000,- x 20 ………………..= Rp. 200.000,-
- tenaga perawatan = @Rp. 50.000 x 20 ……………….= Rp. 1.000.000,-
………………………………………………………..JUMLAH = Rp. 2.700.000,-
b. Biaya tahap 2:
- pupuk kandang ………………………………………………= Rp. 300.000,-
- pupuk pabrik …………………………………………………=Rp. 300.000,-
- pestisida……………………………………………………….= Rp. 200.000,-
- tenaga perawatan @1 juta/tahun x 5 ………………. = Rp 5.000.000,-
- Biaya oprasional @ 500.000 x 5 tahun …………….= Rp 2. 500.000,-
………………………………………………………JUMLAH = Rp. 8.300.000,-
c. Biaya tahap 3:
- pembelian fusarium sp 20 botol @Rp.300.000 = Rp. 6.000.000
- tenaga inokulan = Rp. 2.000.000
-tenaga perawatan @ 1 juta x 3 = Rp. 3.000.000
- tenaga panen = Rp. 2.000.000
- lilin inokulan = Rp. 100.000
………………………………………………………JUMLAH = Rp. .13.100.000
Jumlah a+b+c = Rp. .24.100.000 (Dua puluh empat juta seratus ribu)
2. PENERIMAAN
Dengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 80 %, dari 20 batang. tanaman cuma menghasilkan 16 batang pohon saja yang bisa dipanen.
Satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata :
- 2 kg gubal, 1
- 10 kg kemedangan,
- dan 20 kg abu.
adalah 32 kg gubal, 160 kg kemedangan, dan 320 kg abu.
A. GUBAL 32 KG @ Rp 4.000.000,- = Rp. 128.000.000,-
B. KEMEDANGAN 160 KG @ Rp 1.000.000 = Rp 160.000.000,-
C. ABU 320 KG @ Rp 200.000 = Rp. 64.000.000,-
JUMLAH = Rp. 352.000.000,-
Jumlah penerimaan diatas kami ambil dari data harga jual gaharu yang paling rendah
3. KEUNTUNGAN
PENERIMAAN – BIAYA = Rp. 352.000.000 – Rp. 24.100.000- = Rp 327.900.000,-
Rata-rata perpohon gaharu umur 6 tahun dengn masa inokulasi 3 tahun (tahun ke-8 sampai tahun ke-10), menghasilkan 20 juta rupiah lebih. Jadi dari investasi sebanyak 24,1 jutaan, berpotensi menghasilkan 327,9 Juta.
Analisa ini baru dihitung dengan harga jual saat ini, Tentu Nilainya akan jauh lebih tinggi untuk harga jual 7 s/d 10 tahun kedepan.
Budidaya Pohon Gaharu
Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi)
karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang
lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia,
Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Sudah gaharu, cendana pula! Sudah tahu, bertanya pula! Peribahasa tersebut sangat sering kita dengar sehari-hari. Akan tetapi tidak banyak dari kita yang tahu apakah gaharu tersebut dan darimana ia dihasilkan. Gaharu sebenarnya merupakan substansi aromatik (aromatic resin) yang berbentuk gumpalan atau padatan berwarna coklat muda sampai kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam kayu tertentu. Timbulnya gaharu ini bersifat spesifik, dimana tidak semua pohon dapat menghasilkan substansi aromatik ini.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997), diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :
Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Sudah gaharu, cendana pula! Sudah tahu, bertanya pula! Peribahasa tersebut sangat sering kita dengar sehari-hari. Akan tetapi tidak banyak dari kita yang tahu apakah gaharu tersebut dan darimana ia dihasilkan. Gaharu sebenarnya merupakan substansi aromatik (aromatic resin) yang berbentuk gumpalan atau padatan berwarna coklat muda sampai kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam kayu tertentu. Timbulnya gaharu ini bersifat spesifik, dimana tidak semua pohon dapat menghasilkan substansi aromatik ini.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997), diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :
|
|
Syarat TumbuhGaharu dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 750 mdpl.
- Tinggi pohon mencapai 40 m dengan diameter batang mencapai 60 cm. Permukaan batangnya licin, berwarna keputih-putihan, kadang-kadang beralur. Kayu biasanya keras.
- Bentuk daun lonjong agak memanjang dengan ukuran panjang 6-8 cm, lebar 3-3,5 cm. Ujung daun meruncing, daun kering biasanya berwarna abu-abu kehijauan, tepi daun agak bergelombang, melengkung, kedua permukaannya licin dan mengkilap. Tulang daun sekunder 12-16 pasang.
- Bunga terdapat pada ujung ranting, ketiak daun. atau kadang-kadang di bawah ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya sampai 4 cm, lebar 2,5 cm. Bentuk biji bulat telur, tutupnya rapat oleh rambut yang berwarna merah.
Secara umum, ada 2 (dua) cara perbanyakan bibit tanaman gaharu, yaitu dengan cara generatif dan vegetatif.
Cara Generatif
Pembuatan bibit gaharu dari biji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan biji ini, yaitu :
Penanaman
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.
Jarak Tanam
Jarak tanam 3x3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5x3 m sampai 2.5x5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut.
Lubang tanam
Ukuran lubang tanam adalah 40x40x40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3:1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam.
- Buah yang sudah tua di batang dikumpulkan pada musim buah.
- Buah yang diperoleh dikeringkan selama beberapa hari dengan cara diangin-anginkan atau dijemur selama 2 (dua) jam pada pagi hari, yaitu antara jam 08.00-10.00.
- Biji yang sudah kering ditaruh di dalam karung dan disimpan dengan baik, jangan sampai terkena air, lembab, berjamur atau dimakan serangga dan tikus, sampai waktunya untuk disemaikan.
Pembuatan bibit secara puteran
- Tanaman Gaharu dapat dikembangbiakkan secara alami melalui pemencaran biji. Pohon yang sehat biasanya dapat menghasilkan banyak biji dengan daya kecambah yang cukup tinggi. Umumnya, pohon yang berasal dari biji baru bisa menghasilkan buah setelah berumur ± 8 (delapan) tahun.
- Anakan gaharu dapat diambil pada awal musim penghujan. Pengambilan anakan ini harus disertai dengan tanah disekitarnya dan dilakukan dengan hati-hati agar akar jangan sampai rusak. Kemudian anakan tersebut ditempatkan di polybag dan dipelihara di bedengan sampai siap untuk ditanam.
Cara Vegetatif
Perbanyakan
bibit tanaman gaharu secara vegetatif dapat dengan cangkok, okulasi,
stek pucuk dan lain sebagainya. Namun cara vegetatif ini memiliki
kelemahan, antara lain :
- Perakaran tanaman kurang lengkap, sehingga mudah roboh bila tertiup angin kencang.
- Tanaman kurang tahan menghadapi keadaan kurang air, khususnya di musim kemarau panjang, karena sifat perakarannya yang dangkal dan kurang mampu mengambil air tanah.
Namun perbanyakan dengan cara vegetatif ini adalah bibit relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara generatif.
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.
Jarak Tanam
Jarak tanam 3x3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5x3 m sampai 2.5x5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut.
Lubang tanam
Ukuran lubang tanam adalah 40x40x40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3:1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam.
PemeliharaanPemupukan
dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan
kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan
pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3
bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1
tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang
tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih
yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab.
Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung agar kena cahaya
matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti. Pembersihan gulma
dapat dilakukan 3 bulan sekali atau pada saat dipandang perlu.
Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.
Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.
Proses Pembentukan Gaharu
Gaharu
dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke
dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan
secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit
terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian.
Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing
sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa
fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma
harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah
meluasnya luka ke jaringan lain.
Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan
sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman
yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah
menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman
menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau
penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat
menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal,
selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil,
masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan
inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu
memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam
jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai
inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Proses Pembentukan Gaharu secara Bauatan:
Teknologi sederhana untuk membentuk gaharu, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Melukai batang pohon
- Cara pembenihan mikroorganisme
- Pemberian oli dan gula merah
- Memasukan potongan gaharu
- Cara bor spiral pada batang gaharu (Aquilaria malaccensis) yang berumur minimal 5 tahun
Spesifikasi
Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.
Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.
Cara Pemungutan
- Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.
- Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu.
- Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.
- Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.
- Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.
Pengolahan Minyak Gaharu
Sebelum dijadikan bahan baku parfum,
gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan minyak dan senyawa
aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebagian kayu gaharu dapat dijual
ke ahli penyulingan minyak yang biasanya menggunakan teknik distilasi
uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut. Untuk
mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air,
kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu
tempat untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke
permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan
secara terpisah. Teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang
dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap yang menyebabkan
sel tanaman dapat terbuka sehingga minyak dan senyawa aromatik untuk
parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa aromatik tersebut
kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi
kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan
dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di
bawah. Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan
[superkritikal CO2], yaitu CO2 cair yang terbentuk karena tekanan tinggi. CO2
cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk ekstraksi
minyak gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu
yang tersisa, CO2 dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal.
Nilai Ekonomi
Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria
spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai gaharu beringin.
Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya
disebut sebagai gaharu buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman
penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan
resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya
maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula
sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga
kelas besar, yaitu gubal, kemedangan, dan abu.
Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan diperoleh
dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi
beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan damar
wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna
kecoklatan sampai abu-abu, memiliki kasar, dan kayu lunak. Kelas
terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil pengerokan
atau sisa penghancuran kayu gaharu.
Prospek Bisnis GaharuSebanyak 2000 ton/tahun
gaharu memenuhi pusat perdagangan gaharu di Singapura. Gaharu tersebut
70% berasal dari Indonesia dan 30% dari negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Hutan alam sudah tidak mampu lagi menyediakan gaharu. Gaharu
hasil budidaya merupakan alternatif pilihan untuk mendukung kebutuhan
masyarakat dunia secara berkelanjutan.
Jika satu pohon gaharu hasil budidaya menghasilkan 10 kg gaharu (semua kelas), maka diperlukan pemanenan 200.000 pohon setiap tahun.
Dengan harga mulai dari 500.000-30 juta/kg bahkan bisa lebih, tergantung asal species pohon dan kualitas gaharu dan minyak gaharu yang disuling dari gaharu kelas rendah (kemedangan) memiliki harga mulai dari 50.000-100.000/ml maka keuntungan dari budidaya gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
Jika satu pohon gaharu hasil budidaya menghasilkan 10 kg gaharu (semua kelas), maka diperlukan pemanenan 200.000 pohon setiap tahun.
Dengan harga mulai dari 500.000-30 juta/kg bahkan bisa lebih, tergantung asal species pohon dan kualitas gaharu dan minyak gaharu yang disuling dari gaharu kelas rendah (kemedangan) memiliki harga mulai dari 50.000-100.000/ml maka keuntungan dari budidaya gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
20/02/12
Budidaya Gaharu, Satu Pohoh Hasilkan Puluhan Juta
Mahalnya harga jual getah dan pohon gaharu saat ini
membuat banyak petani Kotabaru mulai tertarik untuk mengembangkan dan
membudidayakan pohon gaharu. Selain memiliki harga ekonomis yang tinggi,
pohon gaharu juga dapat tumbuh di kawasan hutan tropis. Pengembangan
pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal orang. Hanya
orang-orang tertentu saja yang sudah mengembangkan dan menanam pohon
ini. Padahal, keuntungan dari bisnis pohon gaharu dapat mengubah tingkat
kesejahteraan warga hanya dalam waktu beberapa tahun.
Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh
di pekarangan warga. Karena itu sebenarnya warga memiliki banyak
kesempatan untuk menanam pohon yang menghasilkan getah wangi ini.
Banyaknya getah yang dihasilkan dari pohon gaharu tergantung dari masa
tanam dan panen pohon tersebut. Misalnya untuk usia tanam selama 9
sampai 10 tahun, setiap batang pohon mampu menghasilkan sekitar 2
kilogram getah gaharu.
Sementara harga getah gaharu mencapai Rp5-20 juta per kilogram. Harga
itu tergantung dari jenis dan kualitas getah gaharu. Untuk getah gaharu
yang memiliki kualitas rendah dan berwarna kuning laku dijual Rp5 juta
per Kg, sedangkan untuk getah pohon gaharu yang berwarga hitam atau
dengan kualitas baik laku dijual Rp15-20 juta per Kg.
Salah seorang petani Kotabaru yang sudah mengembangkan pohon gaharu
ini adalah Miran, warga Desa Langkang, Kecamatan Pulau Laut Timur.
Menurutnya, untuk menanam pohon gaharu dan menghasilkan banyak getah
diperlukan perawatan khusus.
Saat pohon gaharu berumur sekitar 5-8 tahun, pohon yang tumbuh
seperti pohon hutan alam itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah.
Setiap pohon diperlukan satu ampul dengan harga Rp300 ribu. Miran
mengaku, ia sudah menjual sekitar 50 batang pohon gaharu yang masih
berumur sekitar 1-3 tahun dengan nilai Rp19 juta. Ia juga telah menanam
500 batang pohon gaharu dengan umur satu tahun lebih dan tinggi sekitar
50 cm.
Karena memiliki sifat tumbuh yang tidak jauh beda dengan tanaman
hutan lainnya, setiap hektar lahan dapat ditanam sekitar 500 pohon
gaharu dengan jarak tanam sekitar 3-4 kali 6 meter.
Bibit pohon gaharu tersebut ia peroleh dari Samarinda, Kalimantan
Timur, yang sebelumnya dikembangkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Harga bibit dari Rp7.500 sampai Rp10.000 per pohon.
Untuk pemasaran tidak perlu repot, karena banyak pembeli yang siap
mendatangi mereka yang memiliki getah gaharu. Pengusaha transportasi itu
juga berharap usaha yang ia rintis dapat diikuti masyarakat dan petani
lain di Kotabaru. Apalagi bila mengingat masih banyak lahan tidur
dibiarkan terbengkalai mubazir.
“Jika lahan tidur di wilayah kita dikembangkan dengan menanam gaharu,
maka 10-15 tahun kemudian akan menghasilkan uang ratusan juta,” terang
Miran. Sebelumnya, Miran sudah mencoba beberapa tanaman kebun, namun
hasilnya tidak seperti menanam pohon gaharu. Dalam satu pohon usia
dewasa dapat menghasilkan uang puluhan juta rupiah,
Selain Miran banyak petani lain di Desa Betung, Langkang Lama,
Langkang Baru, Gunung Ulin dan Sebelimbingan yang mulai mengembangkan
kayu yang biasa diambil getahnya untuk bahan minyak dan bahan
obat-obatan tersebut.(Narullah)
Management Kebun Karet
Management Kebun Karet
1. Teknologi Budidaya Karet
Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi
budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut:
• Syarat tumbuh tanaman karet
• Klon-klon karet rekomendasi
• Bahan tanam/bibit
• Persiapan tanam dan penanaman
• Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan
pengendalian penyakit
• Penyadapan/panen
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25C sampai 35C.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan
lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara
mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
2. Klon-klon Karet Rekomendasi
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
3. Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman.
Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan,
yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi
(grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang.
Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran.
4. Persiapan Tanam dan Penanaman
Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.
a. Pembukaan lahan (Land Clearing)
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman.
Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi
(a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan
pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan.
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan. Penataan blok-blok. Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10 -20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.
Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blokblok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
b. Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.
Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 - 10 pohon (tergantung derajat kemiringan 11 tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.
Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m
b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur). Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan ).
Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih)
Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.
5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. Pengendalian gulma Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
TABLE 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur Umur Tanaman
Umur tanaman (tahun) | Kondisi Tajuk | Aplikasi herbisida | Lebar | |
Frekuensi | Waktu | piringan/jalur | ||
Tanaman belum menghasilkan | ||||
2-3 tahun | belum menutup | 3-4 kali | Maret, Juni, septmber, desember | 1.5-2.0 m |
4-5 tahun | mulai menutup | 2-3 kali | Maret, september, juni | 1.5-2.0 m |
Tanaman Menghasilkan | ||||
6-8 tahun | sudah menutup | 2-3 kali | Maret. September, juni | 2.0-3.0 m |
9-15 tahun | sudah menutup | 2 kali | Maret, September | 2.0-3.0 m |
>15 tahun | sudah menutup | 3 kali | Maret, September | 2.0-3.0 m |
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan
Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman belum Menghasilkan | ||||
Umur Tanaman | Urea | SP36 | KCL | Frekuensi pemupukan |
(g/ph/th) | (g/ph/th) | (g/ph/th) | ||
Pupuk dasar | ||||
1 | 250 | 150 | 100 | 2 kali/th |
2 | 250 | 250 | 200 | 2 kali/th |
3 | 250 | 250 | 200 | 2 kali/th |
4 | 300 | 250 | 250 | 2 kali/th |
5 | 300 | 250 | 250 | 2 kali/th |
Umur Tanaman | Urea | SP36 | KCL | Frekuensi pemupukan |
(g/ph/th) | (g/ph/th) | (g/ph/th) | ||
6-15 tn | 350 | 260 | 300 | 2 kali/th |
16-25 | 300 | 190 | 250 | 2 kali/th |
>25 sampai | 200 | 150 | 2 kali/th |
Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik. Pemberantasan Penyakit Tanaman Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Untuk Lebih Lanjut mengenai penangan penyakit (Disease)
6. Penyadapan/Panen
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah. Waktu bukaan sadap.
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. Kemiringan irisan sadap
Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar.
Peralihan tanaman dari TMB ke TM
Secara teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 - 6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM.
Sistem sadap
Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan intensitas sadap rendah disertai stimulasi Ethrel selama siklus penyadap. Untuk karet rakyat, mengingat kondisi sosial ekonomi petani, maka dianjurkan menggunakan sistem sadap konvensional seperti pada tabel berikut :
Tanaman | Umur | Sistem Sadap | Jangka Waktu (tahun) | Bidang Sadap |
Remaja | 0-5 | |||
Teruna | 6-7 tn | s/2 d/3 67% | 2 | A |
8-10 tn | s/2 d/2 100% | 3 | A | |
Dewasa | 11-15 tn | s/2 d/2 100% | 4 | B |
16-20 tn | a/2 d/2 100% | 4 | A | |
Setengah Tua | 21-28 tn | 2 s/2 d/3 133% | 8 | B' + AH |
Tua | 29-30 tn | 2 s/2 d/3 133% | 4 | A\" + BH |
Langganan:
Postingan (Atom)